ECONOMICS

Kanada Siap Pasok Sapi ke Indonesia, Mendag Beri Syarat Ini

Advenia Elisabeth/MPI 23/09/2022 17:21 WIB

Bertemu di Bali, Mendag RI dan Mendag Kanada membahas peningkatan hubungan dagang kedua negara, baik dalam forum bilateral, regional, maupun multilateral.

Kanada Siap Pasok Sapi ke Indonesia, Mendag Beri Syarat Ini. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Usaha Kecil, Promosi Ekspor, dan Perdagangan Internasional Kanada, Mary Ng, di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (23/9/2022). 

Pada pertemuan tersebut Kanada menyampaikan minatnya mendatangkan daging sapi dan sapi hidup ke Indonesia.

Mendag Zulhas menyambut kemungkinan tersebut dengan catatan Kanada harus memenuhi peraturan kesehatan, keselamatan produk, serta syarat halal yang dikeluarkan Kementerian Pertanian dan Kementerian Agama.

"Untuk itu Kanada kiranya berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama untuk dapat segera menyuplai kebutuhan daging bagi penduduk Indonesia yang sangat besar," ucap Zulhas.

Pada kesempatan tersebut kedua menteri juga membahas peningkatan hubungan dagang Indonesia dan Kanada, baik dalam forum bilateral, regional, maupun multilateral. 

Dalam kerangka Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), Zulhas mengungkapkan perundingan putaran kedua perjanjian dagang tersebut telah dilaksanakan pada 15-19 Agustus 2022 dan berlangsung dengan sukses. Selanjutnya, putaran Ketiga akan dilaksanakan pada 31 Oktober-4 November 2022 secara virtual.

"Saya mencatat, pertemuan berlangsung produktif dan kedua pihak sama-sama menunjukkan fleksibilitas untuk mencari titik temu dalam berbagai isu. Beberapa kelompok kerja akan mengadakan intersesi sebelum perundingan putaran ketiga untuk mempercepat progres negosiasi," jelas dia.

Zulhas mengapresiasi Kanada yang lebih terbuka dan fleksibel dalam pendekatan ke Indonesia. Khususnya, dalam isu-isu baru yang dirundingkan di ICA-CEPA seperti ketenagakerjaan, lingkungan, dan perdagangan inklusif. 

"Untuk itu, perundingan perlu dilanjutkan dengan semangat kolaboratif," ungkap Zulhas. (NIA)

SHARE