ECONOMICS

Kemampuan The Fed Tangani Inflasi Mulai Diragukan, Ada Apa?

Maulina Ulfa - Riset 27/02/2023 12:46 WIB

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mendapatkan kritik dari CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon.

Kemampuan The Fed Tangani Inflasi Mulai Diragukan, Ada Apa? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mendapatkan kritik dari CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon karena dianggap belum berhasil menangani inflasi negeri Paman Sam.

Dalam sebuah kesempatan ia mengatakan The Fed masih berada dalam fase menahan inflasi dan mencatat ekonomi AS terus menunjukkan tanda-tanda kekuatan.

“Saya sangat menghormati Ketua The Fed Jerome Powell, tetapi faktanya kita kehilangan sedikit kendali atas inflasi," kata Dimon dalam sebuah wawancara, Kamis (23/1).

Komentar Dimon muncul satu hari setelah The Fed merilis risalah dari pertemuan 31 Januari-1 Februari, Kamis (23/2) yang menunjukkan para anggota The Fed tetap bertekad untuk melawan inflasi yang masih belum terkendali.

“Peserta pertemuan mencatat bahwa data inflasi yang diterima selama tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan yang disambut baik. Namun bukti pemulihan ekonomi jauh lebih banyak dan penting meyakinkan diri bahwa inflasi terus menurun,” ungkap risalah The Fed, Rabu (22/2).

Dimon sendiri mengatakan dia memperkirakan bahwa suku bunga ‘mungkin’ bisa tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Hal ini karena bank sentral mungkin perlu tambahan waktu untuk mengendalikan inflasi mencapai tujuannya yaitu 2%.

Meski begitu, CEO JPMorgan tersebut mengatakan resesi masih belum terjadi karena didorong oleh masih kuatnya data ekonomi AS.

Anomali Ekonomi AS

Saat ini, banyak ekonom, termasuk The Fed, yang meyakini ekonomi AS telah memasuki fase disinflasi.

Mengutip Investopedia, disinflasi adalah pelambatan sementara dari laju inflasi harga dan digunakan untuk menggambarkan contoh ketika tingkat inflasi telah berkurang sedikit dalam jangka pendek.

Disinflasi tidak dianggap sebagai masalah karena harga tidak benar-benar turun, dan disinflasi biasanya tidak menandakan dimulainya perlambatan ekonomi. Disinflasi yang sehat diperlukan untuk memastikan terjadinya kontraksi ekonomi, namun mencegah ekonomi dari kepanasan. 

Inflasi AS dilaporkan sedikit melambat menjadi 6,4% pada Januari 2023 dari sebelumnya 6,5% pada Desember.

Namun, angka inflasi ini meleset dari perkiraan pasar sebesar 6,2%. Meski demikian, ini merupakan angka inflasi terendah sejak Oktober 2021. 

Sebelumnya, The Fed memulai kampanye kenaikan suku bunga yang paling agresif dalam beberapa dekade sejak awal tahun lalu. Ini dilakukan The Fed agar AS dapat mencapai inflasi damai tanpa membuat AS jatuh ke dalam resesi.

Meskipun para pembuat kebijakan Fed menghitung kemungkinan adanya soft landing, namun sejarah menunjukkan disinflasi sempurna tidak akan pernah terjadi sebelumnya.

Dalam sebuah makalah baru yang diterbitkan pada hari Jumat oleh beberapa ekonom menyimpulkan disinflasi AS belum terjadi sepenuhnya.

"Analisis historis dan latihan permodelan membuat kami menyimpulkan bahwa Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya akan kesulitan mencapai tujuan disinflasi mereka tanpa pengorbanan yang signifikan dalam kegiatan ekonomi," kata paper berjudul Managing Disinflations yang ditulis oleh sejumlah ekonom.

The Fed sebelumnya menaikkan suku bunga acuannya seperempat poin persentase lagi ke kisaran 4,5% hingga 4,75% dan mengisyaratkan bahwa kenaikan akan kembali terjadi tahun ini.

Namun, dalam perkembangan yang meresahkan, kenaikan suku bunga The Fed sejauh ini gagal menjinakkan inflasi di mana pemerintah melaporkan pada Jumat pagi (24/2) bahwa indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,6% dari bulan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak Juni.

Angka ini juga naik 5,4% secara year on year (yoy), menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Angka-angka tersebut lebih tinggi dari kenaikan bulanan 0,2%.

Meskipun The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 basis poin sejak tahun lalu untuk mendinginkan ekonomi dan mengendalikan inflasi, data Januari menunjukkan bahwa permintaan tetap tinggi.

Bulan lalu, penjualan ritel juga melonjak 3%, melampaui perkiraan kenaikan 1,9%, dan harga konsumen naik 6,4%. Sementara harga produsen juga naik 6%, dengan keduanya menjadi perhatian utama para investor. (Lihat grafik di bawah ini.)

Kondisi ini menunjukkan The Fed harus terus memetakan arah agresifnya, meningkatkan kemungkinan bahwa kenaikan suku bunga akan menghancurkan permintaan konsumen dan menyebabkan pengangguran meningkat.

Inflasi yang masih ketat dan aktivitas ritel yang kuat juga menunjukkan tanda-tanda bahwa The Fed telah gagal menahan permintaan. Para analis menilai, kondisi ini berarti investor harus mengharapkan kebijakan yang lebih ketat dan lebih banyak pelemahan di pasar. (ADF)

SHARE