Kementan Sebut Perizinan dan Premanisme Hambat Industri Peternakan Sapi
Kementan menilai, upaya swasembada susu selama ini sulit dicapai karena banyak hambatan yang terjadi pada industri peternakan sapi perah.
IDXChannel - Kementerian Pertanian (Kementan) menilai, upaya swasembada susu selama ini sulit dicapai karena banyak hambatan yang terjadi pada industri peternakan sapi perah.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda menyebut, beberapa faktor yang menghambat swasembada susu di antaranya masalah perizinan yang berbelit-belit hingga maraknya aksi premanisme.
Menurut Agung, saat ini ketersediaan lahan untuk peternakan sapi di Indonesia mencapai 1,7 hektare (ha), baik dari pemerintah pusat dan derah maupun BUMN. Namun, pemanfaatan lahan masih sangat minim akibat birokrasi yang panjag dan mahal.
"Kami sudah mengidentifikasi 1,7 juta ha lahan yang available (tersedia) untuk peternakan dan ini di luar lahan untuk sawah dan perkebunan tetapi memang kendala kita untuk investasi adalah terkait dengan penggunaan lahan tersebut," katanya di Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (15/7/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Agung dalam acara prosesi penyerahan 1.100 sapi perah bunting crossbreed ke peternak yang diselenggarakan Greenfields Indonesia dan JAPFA.
Lebih lanjut Agung menjelaskan, hal ini kontras dengan yang terjadi di China, yang mana proses perizinan sangat mudah dan cepat. Tak hanya itu, begitu investor sepakat menanamkan modalnya, berbagai fasilitas penunjang seperti listrik dan air sudah disiapkan oleh pemerintah.
"Saya mendengar langsung pada saat kunjungan ke China termasuk Pak Komut tadi menyampaikan pada saat titiknya sudah ditentukan, diminta oleh investor, sebulan kemudian investornya datang jalan menuju ke lahan, listrik, air sudah dibangunkan oleh pemerintahnya," ujar Agung.
"Inilah kenapa kita lebih terlambat dibandingkan dengan Vietnam dibandingkan dengan China dan negara-negara lain karena kita terlalu ruwet. Ditambah lagi, di China kemarin tidak ada preman jadi kita belum-belum sudah dipalakin sama preman," katanya.
Agung menyebut persoalan ini merupakan pekerjaan rumah bagi seluruh pemangku kepentingan, mengingat susu Indonesia saat ini 80 persennya masih impor. Dia pun berharap seluruh pihak bisa mendorong investasi sapi perah masuk.
"Ini merupakan PR kita semua. Kebutuhan kita masih impor 80 persen dari kebutuhan nasional. Kalau kita tidak mendorong investasi masuk untuk sapi perah ini maka kita akan (terus) menjadi net importir untuk susu," ujar Agung.
(Rahmat Fiansyah)