Kenaikan Harga Gula Rafinasi Dikhawatirkan Bebani Industri Kecil
Industri makanan-minuman (mamin) kembali dihadapkan oleh tantangan kenaikan harga gula rafinasi dalam beberapa waktu terakhir.
IDXChannel - Industri makanan-minuman (mamin) kembali dihadapkan oleh tantangan kenaikan harga gula rafinasi dalam beberapa waktu terakhir. Disinyalir hal ini akan berdampak luas dari sisi harga.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengungkapkan dampak harga tidak begitu terasa untuk beberapa perusahaan besar hingga menengah karena biasanya mereka memiliki kontrak tahunan.
"Sehingga kita masih bisa untuk bertahan dengan stock yang sudah kontrak, tapi untuk perusahaan kecil daya tahannya rentan sekali, kadang mereka harus beli mingguan, jadi kenaikan harga itu akan menjadi pertimbangan," jelas Adhi dalam program Capital Market Month IDX Channel, Kamis (31/8/2023).
Adhi menambahkan, produsen mamin besar cenderung lebih konservatif dalam menentukan harga jual produk ke konsumen. Jika harus melakukan penyesuaian harga akibat mahalnya harga gula rafinasi, produsen harus bernegosiasi dengan para distributor dan peritel dengan mempertimbangkan kondisi daya beli masyarakat.
Adapun kenaikan harga gula rafinasi sejalan dengan pergerakan harga gula mentah dunia. Meski sedikit menurun sejak Mei 2023, tetap saja harga gula dunia saat ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Untuk jangka panjang, GAPMMI terus berkoordinasi dengan pemerintah berharap mendukung ketersediaan. Asosiasi sendiri menurut Adhi juga mengantisipasi dengan neraca komoditas, pemerintah harus secepatnya untuk tahun depan sehingga dunia usaha lebih leluasa untuk mencari sumber lain.
"Di samping itu kita juga terus berinovasi, mencari alternatif substitusi seperti gula tebu yang saat ini dipakai bisa digantikan dari sumber pemanis lainnya, ada yang natural ada yang sintetis, ini yang kita lakukan," ungkap Adhi.
Selain itu, GAPMMI berharap dengan kenaikan harga gula yang terus tinggi ini, pemerintah mempertimbangkan jika ingin menyematkan cukai pada minuman atau makanan berpemanis.
"Karena itu bukan cara yang tepat untuk mengendalikan, jadi kita berharap koordinasi ini terus kita lakukan sehingga kita bisa saling menjaga kepentingan pemerintah dan kepentingan dunia usaha," kata Adhi. (NIA)