Konsumsi Pemerintah Turun, Ekonomi Sumut Terkontraksi 0,59 Persen di Triwulan I-2024
Ekonomi Sumut tercatat mengalami kontraksi di triwulan I-2024. Salah satu penyebabnya konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto yang menurun.
IDXChannel - Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tercatat mengalami kontraksi di triwulan I-2024. Salah satu penyebabnya konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto yang menurun cukup signifikan.
Kepala Badan Pusat Statistik Sumatra Utara, Nurul Hasanudin, mengatakan secara triwulanan (q-t-q) ekonomi Sumut tercatat minus 0,59 persen di triwulan I-2024.
"Pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan I-2024 tercatat minus 0,59 persen (q-to-q) sedangkan secara y-o-y tumbuh 4,88 persen. Secara y-o-y PDRB Sumut naik dari 145,71 triliun di triwulan I-2023 menjadi 152,82 triliun di triwulan I-2024," kata Hasanudin, Senin (6/5/2024).
Angka itu terbentuk dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatra Utara di triwulan I-2024 baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010.
(ADHB) Sumut meningkat dari 271,39 triliun di triwulan I-2023 menjadi 273,49 triliun di triwulan I-2024. Sedangkan ADHK tahun 2010, PDRB Sumatera Utara turun dari 153,72 triliun di triwulan IV-2023 menjadi 152,82 triliun di triwulan I-2024.
Hasanudin memaparkan, tren ekonomi Sumut yang mengalami Kontraksi sedalam 0,59 persen ini, termasuk yang terdalam di triwulan I dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Di triwulan I-2021, ekonomi Sumut juga mengalami kontraksi 0,22 persen, lalu di triwulan I-2022 kontraksi 0,08 persen dan di triwulan I-2023 kontraksi sebesar 0,45 persen.
"Namun secara tahunan (yoy), Ekonomi Sumut trennya positif. Ini menjadi satu indikator pemulihan ekonomi kita. Kita melihat di trilwulan I-2024, ini yang paling tinggi, 4,88 persen. Padahal di 2021 lalu kita sempat mengalami kontraksi sebesar 1,85 persen," sebut Nurul.
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi tertinggi di triwulan I-2024 adalah di sektor real estate dan jasa perusahaan (notaris, pengacara, dll) yang masing-masing tumbuh 4,07 persen dan 2,01 persen. Sedangkan sektor yang mengalami kontraksi adalah sektor jasa kesehatan (dokter dan rumah sakit) dan kegiatan sosial yang mengalami Kontraksi 5,01 persen.
"Laju pertumbuhan sektoral yang tumbuh positif secara yoy adalah penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,63 persen dan kategori informasi dan komunikasi sebesar 7,85 persen," paparnya.
Sedangkan berdasarkan lapangan usaha, distribusi PDRD Sumatera Utara di triwulan I-2024 masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 24,18 persen. Kontribusi ini naik dibandingkan sebelumnya yang hanya sekitar 23 persen. Kemudian ada sektor perdagangan 18,94 persen dan industri pengolahan 18.35 persen.
"Sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Utara pada triwulan I-2024 berasal dari kategori perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribusi sebesar 0,99 persen. Kemudian sektor pertanian dengan kontribusi 0,88 persen serta sektor konstruksi sebesar 0,79 persen," tukasnya.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dihambat oleh kontraksi yang terjadi pada pengeluaran konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan 13,62 persen dan pembentukan modal tetap Bruto yang turun 2,71 persen.
"Namun konsumsi rumah tangga kita masih cukup tinggi. Ini menggambarkan daya beli masyarakat kita yang masih cukup baik. Distribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDRB mencapai 51,36 persen atau tumbuh 5,53 persen dibandingkan triwulan I-2023 (yoy).
(FRI)