ECONOMICS

KSPI Geruduk Rumah Dirut Sritex (SRIL) Iwan Lukminto, Tuntut Pembayaran THR dan Pesangon

Dhessy Vitriana 21/03/2025 17:00 WIB

Rumah keluarga Lukminto pendiri PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex, di Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, digeruduk oleh puluhan massa.

KSPI Geruduk Rumah Dirut Sritex (SRIL) Iwan Lukminto, Tuntut Pembayaran THR dan Pesangon. (Foto Dhessy/MPI)

IDXChannel - Rumah keluarga Lukminto pendiri PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex, di Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, digeruduk oleh puluhan massa yang mengatasnamakan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh, Jum’at (21/3/2025). Aksi mereka menuntut pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dan pesangon.

Dari pantauan di lokasi, massa melakukan aksi dengan membentangkan berbagai bendera organisasi seperti Partai Buruh, KSPI, dan Serikat Pekerja Nasional (SPN).

Puluhan massa juga sempat melakukan aksi tidur di jalan Bhayangkara saat menyanyikan lagu gugur bunga. Aksi kemudian dilanjutkan dengan melakukan orasi di depan rumah keluarga Lukminto.

Penanggungjawab aksi, Aulia Hakim mengatakan, aksi ini untuk mengetuk hati Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan). Meski dia tahu jika pembayaran THR dan pesangon adalah kewenangan kurator, dan baru akan dibayarkan setelah aset Sritex Group yang dinyatakan pailit terjual.

"Menurut hukuman kepailitan kewajiban pesangon dan THR ada di kurator setelah menjual aset. Saya ingin mengetuk hati saja, Bapak Iwan Lukminto dan keluarga, kalau nunggu aset, berapa tahun terjual. Bapak (Iwan) itu triliunan (rupiah) asetnya, maksud teman-teman bok ya displitkan dana sedikit saja. Tidak akan miskin, saya jamin," kata Aulia.

Dia menyebut, kekayaan keluarga Lukminto mencapai Rp50 triliun. Sementara pembayaran THR sebesar Rp25 miliar. Artinya, angka itu disebutkan tidak akan memengaruhi kekayaan Lukminto dan keluarga.

"Kalau Bapak Iwan Lukminto sekeluarga, ada empati dan simpati, tolong berikan hak kepada kawan-kawan dengan menyisihkan hartanya. Hartanya masih kaya raya sekali, kami dapatkan data itu, faktanya harta mereka masih diatas Rp50 triliun. Jangan semua diserahkan ke pemerintah," kata dia.

Sementara itu, Koordinator Aksi, Murjioko mempertanyakan uang koperasi karyawan sekitar Rp6 miliar, yang hingga saat ini belum ada kejelasan. Serta pembayaran premi BPJS Ketenagakerjaan.

"Uang koperasi hampir Rp6 miliar dananya juga raib sampai hari ini. Pengelolanya ditanyai katanya dipakai manajemen, itu kan ironis. Kemudian yang mengadu ke kami, pembayaran premi BPJS Ketenagakerjaan itu hampir Rp6 miliar, premi yang tidak dibayarkan," ujar Murjioko.

(Dhera Arizona)

SHARE