Kurangi Emisi Karbon, PLN Olah Limbah Jagung Jadi Bahan Co-Firing PLTU
PLN memanfaatkan limbah produksi jagung menjadi bahan biomassa untuk co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya.
IDXChannel - PT PLN (Pesero) melalui subholding PLN Nusantara Power (NP) memanfaatkan limbah produksi jagung menjadi bahan biomassa untuk co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya. Hal itu terlaksana dengan menggandeng Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti dengan bahan lainnya seperti biomassa, sehingga dapat menekan emisi gas buang. Sebelumnya, PLTU Punagaya telah menggunakan co-firing yang berasal dari sawdust dan woodchip.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN terus berkomitmen dan konsisten untuk menghadirkan energi bersih demi tercapainya Net Zero Emissions (NZE). Menurutnya, pemanfaatan limbah jagung ini merupakan langkah positif mewujudkan listrik hijau yang sejalan dengan komitmen pengurangan emisi karbon di Indonesia.
"PLN terus meningkatkan bauran energi hijau dalam penyediaan listrik nasional. Dengan menerapkan co-firing biomassa menjadi salah satu solusi cepat dalam mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) karena tidak perlu membangun pembangkit baru,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/6/2024).
Selain pengurangan emisi dan penggunaan energi fosil, Darmawan menjelaskan co-firing juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa.
Penjabat Bupati (Pj Bupati) Jeneponto, Junaedi Bakri, menyampaikan potensi wilayahnya sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang ada, dengan luas lahan tanam jagung mencapai 60.165 hektare dan produksi jagung di tahun 2022 mencapai 418 ribu ton, wilayah ini memiliki andil besar terhadap suplai jagung nasional.
Dia pun mengapresiasi PLN Nusantara Power yang telah mengambil langkah tepat dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung yang berlimpah tersebut. Langkah nyata itu pun membuat produksi lebih bermanfaat untuk energi hijau.
"Saya melihat ada potensi besar yang dapat dimanfaatkan PLN Nusantara Power dalam mengolah limbah bonggol jagung sebagai bahan biomassa. Saya berharap agar limbah ini dapat terserap paling tidak 20 persen dari total produksi jagung," ujar Junaedi Bakri.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyampaikan pihaknya telah menyelesaikan uji coba co-firing bonggol jagung di dua lokasi, yaitu PLTU Punagaya dan PLTU Tanjung Awar-Awar, Tuban.
Ruly mencatat total kebutuhan biomassa bahan co-firing PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton per tahun dengan potensi penurunan emisi mencapai sekitar 169 ton CO2. Kabupaten Jeneponto memiliki potensi limbah jagung yang dapat dipergunakan sekaligus menjadi solusi pengurangan sampah.
Tidak saja berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan, co-firing yang diterapkan oleh PLN Nusantara Power juga berperan dalam menggerakan roda perekonomian dan Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) warga sekitar PLTU tersebut.
"Selain berkontribusi positif pada lingkungan, metode co-firing ini juga merupakan hasil dari pasokan UMKM warga sekitar sehingga program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat,” kata Ruly.
Selain itu, PLN Nusantara Power mengaplikasikan co-firing di 25 PLTU yang ada di Indonesia. "Di tahun 2023 lalu kami telah memproduksi 525,62 GWh energi hijau dari co-firing atau setara dengan reduksi emisi karbon sebesar 533.291,79 metrik ton,” ujarnya.
(FRI)