ECONOMICS

Lalu Lintas Truk Logistik Diduga Jadi Penyebab Kenaikan Kasus PMK di Sumbawa

Achmad Al Fiqri 26/08/2022 07:55 WIB

Satgas PMK menduga kenaikan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akibat dari lalu lintas truk logistik. 

Satgas PMK menduga kenaikan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akibat dari lalu lintas truk logistik. 

IDXChannel - Ketua Satuan Tugas Penanganan PMK Letjen TNI Suharyanto, menduga kenaikan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akibat dari lalu lintas truk logistik

Ia merasa jalur truk logistik sangat berpotensi menularkan virus PMK antar wilayah. Menurutnya, transmisi virus PMK terjadi pada truk logistik lintas pulang dan provinsi. Salah satunya dari Jawa menyeberang ke Bali dan Lombok hingga akhirnya menuju Sumbawa.

“Sebagai contoh, Sumbawa ini diduga kuat tertular dari jalur logistik truk yang berasal dari Jawa Timur menyeberang ke Bali kemudian ke Lombok hingga akhirnya ke Sumbawa,” kata Suharyanto dalam keterangan resminya, Kamis (25/8).

Berdasarkan data per 17 Mei - 24 Agustus 2022, total kasus PMK di NTB ada sebanyak 96.656 ekor. Dari jumlah itu, ada 92.209 ekor sembuh, mati 229 ekor, potong bersyarat 250 ekor dan yang masih sakit 3.968 ekor.

Provinsi NTB sendiri berada di peringkat keenam dengan total kasus aktif PMK sebanyak 3.968 ekor. Kabupaten Sumbawa menjadi wilayah terbanyak ke dua di NTB setelah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Bima menjadi peringkat ke tiga. Adapun kasus aktif di Lombok Tengah 1.675 ekor, Sumbawa ada 1.282 ekor, dan Bima 640 ekor.

Dengan adanya kenaikan kasus tersebut, Suharyanto mendoronh dapat menjadi perhatian bagi para pemangku kebijakan di wilayah NTB untuk lebih memperketat implementasi regulasi lalu-lintas logisrik di setiap pintu masuk.

Pengetatan itu, kata Suharyanto, dapat dilakukan dengan lebih mengoptimalkan biosecurity mulai dari lingkup terkecil. Lemahnya pelaksanaan biosecurity dinilai akan menjadi ancaman nyata bagi wilayah sebelahnya.

“Jika biosecurity kurang baik, maka tinggal menunggu waktu saja NTT menjadi zona merah PMK karena tertular daerah sekitarnya, terutama dari Sumbawa,” terang Suharyanto.

Selain biosecurity, kata Suharyanto, strategi lain dalam menekan angka kasus PMK, yakni potong bersyarat, pengobatan dan vaksinasi. Melalui strategi potong bersyarat, hewan ternak yang terinfeksi virus PMK tidak menulari hewan ternak yang lain.

Suharyanto juga menyarankan pengobatan hewan ternak yang terinfeksi virus PMK. Salah satunya, dengan meningkatkan imunitasnya dengan tepat waktu. "Selain pengobatan, pemberian vaksinasi pada hewan ternak juga sangat penting untuk dilakukan, khususnya bagi ternak yang sehat di dalam zona merah," tandas Suharyanto.

(NDA) 

SHARE