Lawan Inflasi, Jepang Siapkan Paket Stimulus Rp515,42 Triliun
Demi melawan tekanan inflasi dan tinginya biaya hidup, pemerintah Jepang berencana meluncurkan stimulus senilai 4,7 triliun yen atau USD35 miliar.
IDXChannel - Demi melawan tekanan inflasi dan tinginya biaya hidup, pemerintah Jepang berencana meluncurkan stimulus senilai 4,7 triliun yen atau USD35 miliar yang setara dengan Rp515,42 triliun untuk warganya.
Seperti halnya Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa lainnya, Jepang juga tengah mendapatkan pukulan inflasi di negerinya. Apalagi, negeri ini sangat rentan terhadap pukulan kenaikan harga bahan mentah global.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengamanatkan jajaran pemerintahannya untuk menyiapkam sejumlah langkah dalam meredam tekanan dari kenaikan harga energi dan pangan, di mana paket stimulus ini akan disusun bulan depan.
"Saya akan membuat langkah-langkah tambahan yang mulus untuk diambil dengan fokus pada energi dan harga pangan, yang merupakan sebagian besar kenaikan inflasi baru-baru ini," kata Kishida dalam konferensi pers seperti yang dikutip dari Japan Today, Senin (15/8/2022).
Melansir Reuters, Kepala Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno, mengatakan pemerintah akan menyusun paket pada awal bulan depan, dengan memanfaatkan sisa cadangan negara sekitar 4,7 triliun yen atau USD35 miliar. Namun belum ada keterangan lanjut terkait total pengeluaran untuk paket tersebut.
Langkah tersebut juga memuat rencana penundaan kenaikan harga gandum impor yang dijual ke pengecer pada Oktober. Langkah ini sebagai sebuah subsidi rumah tangga dalam mengatasi lonjakan harga komoditas.
Pada komoditas bahan bakar dan listrik, Kishida juga menginstruksikan Kementerian Perdagangan untuk menyusun rencana tambahan yang mengekang kenaikan tagihan bahan bakar dan listrik.
Penanganan soal kenaikan biaya hidup ini menjadi fokus utama bagi pemerintah yang dipimpin oleh Kishida. Hal ini dilakukannya untuk memastikan ekonomi Jepang tetap mengalami pemulihan berkelanjutan dari dampak pandemi.
Perang Rusia-Ukraina juga menjadi penyebab kenaikan biaya hidup Jepang. Seperti contohnya gandum sebagai salah satu produk yang harganya melejit. Pemerintah Jepang memiliki kewajiban untuk mengimpor gandum dari luar negeri, dan menetapkan harga ecerannya setiap April dan Oktober.
Harga gandum impor yang dikenakan pemerintah pada pengecer kini melonjak sebesar 17,3%, dikarenakan harga kenaikan komoditas global. Menurut Kishida, harga eceran ini bisa saja naik hingga 20% pada Oktober, bila bercermin sepenuhnya pada kenaikan biaya global.
Oleh karena itu, Kishida menambahkan instruksi pada Menteri Pertanian untuk memastikan harga dapat dipertahankan pada level saat ini. (TYO/RIBKA)