Luhut: AS Paham tanpa Indonesia Kebutuhan Mobil Listrik Tak Terpenuhi
Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah menyepakati kerja sama pasokan critical mineral agreement (CMA).
IDXChannel - Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah menyepakati kerja sama pasokan critical mineral agreement (CMA). Sebab, bahan mineral ini akan digunakan AS untuk memenuhi kebutuhan kendaraan listriknya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, tanpa produk turunan nikel dari Indonesia, negara Paman Sam tidak bisa memenuhi kebutuhan sebelas kali jumlah mobil listrik mereka pada 2030 mendatang.
“Ya Amerika paham betul, tanpa Indonesia mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sebelas kali jumlah mobil listriknya pada tahun 2030,” ungkap Luhut melalui akun Instagramnya, Sabtu (18/11/2023).
Dia menyebut upaya pembentukan critical mineral agreement antara pemerintah Indonesia dan AS melalui proses negosiasi yang panjang, hingga akhirnya kedua negara sepakat menggodok kerja sama perdagangan di sektor energi tersebut.
Luhut memastikan CMA merupakan kerja sama yang menguntungkan kedua negara. Pembentukan CMA sendiri merupakan hasil pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden beberapa waktu lalu, saat kunjungan Kepala Negara ke AS.
“Ya mengenai critical mineral ini kan suatu proses negosiasi yang panjang ya. Tapi akhirnya kita bisa dekatkan bahwa ini juga kepentingan bersama,” bebernya.
Pemerintah Indonesia, lanjut dia, tidak melarang ekspor turunan biji ke luar negeri. Hanya saja, sumber daya itu diutamakan untuk hilirisasi di dalam negeri. Terutama, memenuhi kebutuhan industri kendaraan listrik di Tanah Air.
“Kita tidak mem-banned seluruhnya nikel itu, tapi setelah turunan ke berapa ya silakan saja, bebas. Tapi biarkan kita juga menikmati, rakyat Indonesia, sampai keturunan kedua atau ketiga nilai tambahnya,” papar Luhut.
Terkait hal tersebut, Luhut mengaku beberapa waktu lalu John Kerr, salah satunya utusan khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim, mengunjunginya di Singapura, ketika Luhut tengah menjalani masa pemulihan dari sakitnya.
“Tiga hari yang lalu misalnya John Kerry datang jenguk saya di Singapura, saya juga terus terang, jujur, saya siapa sih, kok sampai John Kerry minta betul supaya bisa ketemu saya. Tapi ujung-ujungnya adalah penghormatan mereka kepada Presiden Joko Widodo,” ucap Luhut.
“Saya juga bicara dengan Amos, pembantu dekat dari Presiden Joe Biden dan juga dengan National Security Advisor Jack Sullivan, maupun dengan pembantu-pembantu Presiden Biden yang lain. Yang intinya sebenarnya jelasin, Indonesia itu sebenarnya masalah survival saja,” lanjutnya. (TYO)