Manfaatkan Panas Bumi PGE, Kopi Kamojang Punya Rasa Unik hingga Diekspor ke Asia dan Eropa
PGE (PGEO) memanfaatkan panas bumi untuk membangun Geothermal Dry House yang membantu pengeringan biji kopi lebih cepat dan menghasilkan rasa unik.
IDXChannel – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE tak hanya memanfaatkan panas bumi sebagai sumber energi bagi pembangkit listrik. Perseroan membuktikan panas bumi bisa dimanfaatkan di berbagai sektor, termasuk pertanian kopi.
Melalui pemanfaatan panas bumi secara langsung (direct use), PGE mengembangkan inovasi Geothermal Dry House pertama di dunia yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk mempercepat proses pengeringan kopi.
Dengan menggunakan uap panas bumi dari PLTP Kamojang, petani yang sebelumnya perlu waktu 30–45 hari untuk mengeringkan kopi, kini hanya membutuhkan 3–10 hari.
“Kalau pakai geothermal ini cuma 10 hari, dua kali lebih cepat karena kan 24 jam mengeringkannya,” ujar pengelola Geothermal Dry House, Aldin Gimnastia, Kamis (6/11/2025).
Selain lebih cepat dalam proses pengeringan, Aldin mengaku rasa kopi yang dihasilkan juga berbeda. Kopi arabica yang ditanam di kawasan Gunung Kamojang biasanya lebih asam jika dijemur di bawah matahari. Itu karena terjadi proses fermentasi akibat pengaruh cuaca saat pengeringin biji kopi.
“Kalau pakai geothermal itu rasa kopinya lebih clean dan ada fruity-fruity gitu. Beda sama yang konvensional, kalau dijemur di bawah matahari terus ditutup karena hujan jadi kefermentasi, kopinya lebih asam,” ujarnya.
Selain memengaruhi rasa kopi, pengeringan dengan memanfaatkan uap panas bumi juga dapat membuat kopi lebih awet karena tidak mengalami lembab akibat cuaca yang berubah. Hal itu juga yang akhirnya membawa kopi Kamojang diminati pasar luar negeri, terutama Asia dan Eropa.
"Biasanya diekspor ke Jepang, ada juga yang ke Riyard (Arab Saudi)," kata Aldin.
General Manager PGE Area Kamojang I Made Budi Kesuma Adi Putra mengatakan PGE berkomitmen untuk memastikan pertumbuhan bisnis perusahaan berjalan selaras dengan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberadaan PLTP Kamojang tidak hanya memberikan manfaat energi, tetapi juga nilai sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Melalui berbagai program pemberdayaan, kami ingin memastikan bahwa setiap langkah pengembangan energi panas bumi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan komunitas lokal,” ujarnya.
Saat ini, PGE bermitra dengan 18 kelompok tani dan memberdayakan 312 petani kopi lokal dengan luas lahan mencapai 80 hektare yang terletak di sekitar WKP PGE Kamojang melalui program 'Geothermal Coffee Process’ (GCP).
Sepanjang 2024, total penjualan mencapai 4,9 ton green beans, 640 kilogram roasted beans, dan 17.500 bungkus ground coffee, dan menghasilkan omzet sebesar Rp863,9 juta. Sementara itu, volume ekspor kopi panas bumi mencapai 15 ton ke Asia dan Eropa.
(Febrina Ratna Iskana)