Manufaktur Tetap Menggeliat Saat Pandemi, Ekonom: Kimia dan Farmasi Paling Pesat
Pertumbuhan ekonomi dan industri pengolahan terjadi peningkatan di kuartal I 2021.
IDXChannel - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Prof. Ina Primiana mengatakan pertumbuhan ekonomi dan industri pengolahan terjadi peningkatan di kuartal I 2021 di level -1,38. Hal ini menunjukan adanya perbaikan meskipun masih lemah.
Namun, menariknya pada PMI Manufaktur Indonesia dari IHS Markit selama masa pandemi mencapai angka 55,3. Pencapaian tersebut belum dicapai pada tahun 2019. Artinya, pergerakan tersebut ekspansif. Hal serupa juga terjadi pada Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia yang menunjukan angka 50 di kuartal I 2021.
Ina menuturkan sejak pandemi 2020, industri farmasi menjadi industri yang pertumbuhannya paling baik. “Kimia, Farmasi, dan obat tradisional naiknya tajam, 11,46 persen (YoY),” sambungnya pada webinar Core Indonesia, Selasa (27/7/2021).
Kemudian, pada industri dengan tingkat kontribusinya terbesar di duduki oleh industri makanan dan minuman yang tumbuh lebih baik di kuartal I 2021 dibandingkan tahun 2020. Namun berbeda dengan industri tekstil, industri ini menjadi yang terpukul akibat pandemi Covid-19.
Sementara, selama pandemi tren pertumbuhan ekspor untuk industri manufaktur naik tajam mencapai 33,4% YoY. Berbeda pada impor barang modal yang mengalami penurunan 19,7% YoY dari tahun sebelumnya. Namun, untuk bahan baku dan penolong mengalami kenaikan 31,1% YoY. Ini menunjukkan bahwa selama pandemi Covid-19 sektor industri tetap bergerak.
“Jadi industri tetap bergerak. Tapi mungkin juga ada barang-barang yang diisi dari dalam. Jadi untuk kebutuhan barang konsumsi atau dari barang modal. Nah ini ada peluang yang sangat baik untuk kita di dalam negeri,” katanya.
Selanjutnya, Prof. Ina menjelaskan kinerja investasi tahun 2020 mengalami peningkatan terutama didorong dari sektor industri logam dasar Rp92,21 triliun, industri makanan dan minuman Rp50,48 triliun serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional Rp34,30 triliun.
“Dengan pandemi Covid-19, industri manufaktur menunjukkan geliat yang ekspansif dan menuju mandiri karena banyak dipenuhi dari dalam negeri. Hal ini dilihat dari PMI yang di atas rata-rata yang pernah dicapai sebelum pandemi, ekspor yang juga naik tajam di masa pandemi, serta investasi juha meningkat pada industri priorotas. Momentum ini perlu dijaga, karena tidak mudah,” tutupnya.(TIA)