ECONOMICS

Marak Pencurian Data, BSSN Beberkan Jenis Phising di Indonesia Selama 2021

Nur Khabibi/MPI 30/03/2022 22:49 WIB

BSSN beberkan jenis phising atau pencurian data selama 2021.

Marak Pencurian Data, BSSN Beberkan Jenis Phising di Indonesia Selama 2021 (Dok.MNC)

IDXChannel - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan selama 2021 dua jenis phising atau pencurian data terjadi di Indonesia. Phising merupakan upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan dengan target data pribadi, akun, dan finansial.

Sandiman Muda Direktorat Operasi Keamanan Siber BSSN, Agung Setiaji mengungkapkan, phising yang terjadi adalah phising web dan phising email. Dari keduanya, BSSN menerima lebih dari dua ribu aduan.

"Web phising 264 laporan, (bentuknya) halaman iklan yang menarik, sehingga user tertarik dan klik atau yang login kemudian memasukkan username dan password, ini sangat berbahaya," kata Agung saat ditemui seusai Laporan Tahunan Hasil Monitoring Keamanan Tahun 2021, Rabu (30/3/2022).

Agung merincikan, web phising menyerang dunia pendidikan 63 kali, perdagangan 31 kali, teknologi informasi dan komunikasi 20 kali, Pemerintah 20 kali, dan lain lainnya sebanyak 76 kali.

"Untuk email phising terdeteksi 3.816 report. Biasanya metodenya lewat attachment, beberapa format file yg digunakan, xlxs (1.383), doc (306), rar (298), docx (268)," ucap Agung.

"Jadi berbagai jenis file bisa disisipi untuk email phising. Ini sangat penting jadi perhatian karena penggunaan email sangat tinggi terutama di organisasi dan ini jadi celah yang dimanfaatkan hacker untuk bisa masuk ke sistem itu," tuturnya menambahkan.

Sebelumnya, Agung mengatakan Mylobotnet mendominasi kejahatan siber di Indonesia. Mylobotnet bekerja dengan mengirimkan email ancaman yang menuntut korban untuk membayar sejumlah uang dalam bentuk Bitcoin. 

Berdasarkan data yang ditunjukkan BSSN, Mylobotnet menyentuh angka 86,67 persen dari kejahatan siber di Indonesia. Kemudian di tempat kedua Mining Pool dengan 3,87 persen.

"Dampaknya kalau sudah kena, sistem kita terambil alih dan terserah hacker ingin memanfaatkan korban untuk apa," kata Agung saat ditemui seusai Laporan Tahunan Hasil Monitoring Keamanan Tahun 2021, Rabu (30/3/2022).

(IND) 

SHARE