ECONOMICS

Menanti Rilis Inflasi AS Juni 2022, Membaik atau Melejit Lagi

Yulistyo Pratomo 11/07/2022 10:31 WIB

Tahun 2022 merupakan masa yang berat bagi publik di Amerika Serikat (AS), di mana harga barang-barang dan jasa terus melonjak tinggi.

Menanti Rilis Inflasi AS Juni 2022, Membaik atau Melejit Lagi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Tahun 2022 merupakan masa yang berat bagi publik di Amerika Serikat (AS), di mana harga barang-barang dan jasa terus melonjak tinggi, bahkan semakin para sejak berlangsungnya agresi militer Rusia terhadap Ukraina jelang akhir Februari 2022 lalu.

Potensi inflasi sudah mulai terjadi pada Oktober 2021 lalu, ditandai dengan naiknya sejumlah harga pangan dan barang, setelah pemerintah AS memutuskan untuk melonggarkan aturan pandemi sejak angka paparan kasus Covid-19 mulai terkendali.

Tapi tidak dengan ekonominya, hal ini terlihat tren inflasi yang terus meningkat sejak Oktober dan mencapai puncaknya pada Mei 2022 kemarin, yang tercatat mencapai 8,6 persen, tertinggi sejak 1972 lalu.

Sejumlah ekonom telah disurvei oleh Reuters, mereka memperkirakan inflasi di negara adidaya itu bakal kembali meningkat dari Mei 2022, di mana diprediksi akan mencapai 8,7 persen di Juni 2022.

Pertumbuhan harga konsumen bulanan diperkirakan akan tetap datar di angka 1 persen pada Juni dari Mei, didorong oleh harga energi yang tinggi. Serta sejumlah inflasi inti yang ikut terdongkrak akibat perang di Eropa Timur.

"Inflasi kemungkinan akan bergerak lebih jauh di atas target minggu ini karena bensin, makanan, tempat tinggal dan tarif penerbangan terus meningkat pesat," kata kepala ekonom internasional di ING, James Knightley, dikutip dari Financial Markets, Senin (11/7/2022).

Jika itu benar terjadi, maka angka itu akan mendekati inflasi tertingi yang pernah dirasakan oleh publik di AS. Pada 1973 lalu, indeks harga konsumen (IHK) di sana pernah menembus angka 8,8 persen. Bahkan, pada satu dekade kemudian, tepatnya 1980 mencapai 14 persen.

Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin AS akan mengikuti jejak Republik Weimar, cikal bakal negara Jerman di era modern. Ekonomi negeri itu amburadul usai Perang Dunia Pertama ditambah dengan angka kemiskinan yang meningkat pesat.

Meski begitu, beberapa ekonomi sempat memproyeksi inflasi akan berada di puncaknya pada Maret 2022 lalu, di mana IHK saat itu pertama kalinya mencapai angka delapan, atau tepatnya di 8,3 persen. Ternyata proteksi itu salah.

IHK justru terus meningkat pada Mei kemarin, akibat naiknya harga energi seperti bensin dan pangan.

Kondisi itu mendesak Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada bulan lalu sebesar 0,75 poin persentase, terbesar dalam hampir tiga dekade. Data terbaru, termasuk laporan pengeluaran konsumsi pribadi Mei dan revisi angka PDB kuartal pertama, menunjukkan konsumsi pribadi telah melemah.

"Ada indikasi yang jelas bahwa harga barang, tidak termasuk makanan, energi dan otomotif, berada di bawah tekanan tetapi ini memiliki bobot yang sangat rendah di CPI, mungkin 10-15 persen," jelas ahli strategi di Standard Chartered, Steve Englander.

Berdasarkan data yang dirilis dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, harga energi naik 34,6%, terbesar sejak September 2005. Hal ini disebabkan naiknya harga bensin (48,7%), bahan bakar minyak (106,7%, rekor kenaikan terbesar), listrik (12%, kenaikan 12 bulan terbesar sejak Agustus 2006), dan gas alam (30,2%, terbesar sejak Juli 2008).

Disuusul dengan lonjaknya biaya makanan melonjak 10,1%, kenaikan pertama sebesar 10% atau lebih sejak Maret 1981. Kenaikan besar terlihat pada harga daging, unggas, ikan, dan telur (14,2%).

Peningkatan lainnya juga terlihat pada biaya tempat tinggal (5,5%, terbesar sejak Februari 1991), perabot dan operasional rumah tangga (8,9%), mobil dan truk bekas (16,1%) dan tarif penerbangan (37,8%) sementara biaya kendaraan baru berkurang sedikit (12,6% vs 13,2%).

Sementara itu, laju inflasi inti melambat untuk bulan kedua menjadi 6%, dibandingkan ekspektasi 5,9%.

Dalam waktu dekat, pemerintah AS akan kembali merilis data ekonomi terbaru, termasuk inflasi di negara itu pada Rabu (13/7/2022) mendatang, akankah naik lagi atau membaik? Kita tunggu saja. (TYO)

SHARE