ECONOMICS

Mengulik Sejarah Saudi Aramco, Perusahaan Raksasa Minyak Dunia di Arab 

Ratih Ika Wijayanti 27/04/2022 13:53 WIB

Sejarah Saudi Aramco atau Saudi Arabian Oil Co mendapat perhatian publik.

Mengulik Sejarah Saudi Aramco, Perusahaan Raksasa Minyak Dunia di Arab. (Foto: MNC Media) 

IDXChannel Sejarah Saudi Aramco atau Saudi Arabian Oil Co mendapat perhatian publik. Aramco merupakan produsen minyak terbesar di dunia yang berada di Arab Saudi, Timur Tengah. Perusahaan ini bahkan memompa 10% dari total pasokan migas dunia. Aramco juga merupakan perusahaan paling menguntungkan di dunia.

Lantas, bagaimana sejarah Saudi Aramco hingga menjadi perusahaan raksasa minyak dunia ini? IDXChannel merangkumnya sebagai berikut. 

Sejarah Saudi Aramco, Perusahaan Raksasa Minyak Dunia

Arab Saudi merupakan salah satu negara di Kawasan Timur Tengah yang terletak di Jazirah Arab. Negara yang sebagian besar wilayahnya berupa gurun pasir ini memiliki kekayaan alam berupa bahan tambang seperti fosfat, emas, tembaga, silika dan batu kapur, zinc, uranium, bijih besi, niobium, perak, feldspar, dan bauksit. Salah satu kekayaan alam tersebut berupa minyak bumi dan menjadi penopang utama perekonomian di sana. 

Perusahaan yang mengelola sumber daya minyak di sana hingga menjadi pemompa 10% total minyak dunia adalah Saudi Arabian Oil Co atau Saudi Aramco. Perusahaan ini dikenal sebagai raksasa minyak dunia dan dinilai sebagai perusahaan paling menguntungkan di dunia. 

Awal Berdirinya Saudi Aramco

Sejarah Saudi Aramco pertama kali ditemukan oleh keluarga Rockefeller melalui Standard Oil Company pada tahun 1938 yang pada mulanya bernama Perusahaan Minyak Amerika Arab. Pada tahun 1949, perusahaan tersebut berhasil memproduksi sebanyak 500 barel minyak per hari. 

Saudi Aramco menemukan sumur migas di sejumlah bagian di Arab Saudi. Perusahaan ini menemukan minyak non konvensional di ladang minyak Al-Reesh, barat laut Dhahran. 
Aramco juga berhasil memiliki cadangan cair sebanyak 260,2 miliar barel setara minyak pada tahun 2017. Masa cadangan dari cadangan cair tersebut hingga selama 54 tahun. Pada tahun 2018, kapasitas penyulingan bersih yang dimiliki Aramco adalah sebesar 3,1 juta barel per hari. 

Dari catatan global 500 milik Fortune, perusahaan ini bahkan berada di urutan ke-6 perusahaan raksasa dunia dengan total pendapatan sebesar USD329,7 miliar dengan keuntungan hingga USD88,2 miliar pada tahun 2020. Aset perusahaan ini juga mencapai USD398,3 miliar pada tahun 2020. 

Besarnya cadangan minyak yang dimiliki, Arab Saudi berhasil menjadi pemimpin de facto dari OPEC yang juga berperan dalam mengendalikan pergerakan harga minyak di pasar minyak dunia.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman ingin mendiversifikasi pendapatan Saudi dari minyak. Pada 2016 ia mengumumkan rencana IPO Aramco dan mengatakan bahwa kerajaan harus mengakhiri "kecanduan terhadap minyak" untuk memastikan negara tidak lagi berada di bawah tekanan harga komoditas.

Melakukan Pemangkasan Produksi Minyak

Dalam sejarah Saudi Aramco, tercatat adanya pemangkasan produksi minyak besar-besaran pada tahun 2020. Pemangkasan produksi minyak dan gas ini dilakukan setelah adanya serangan drone terhadap dua kilang minyak terbesar yang dijalankan oleh perusahaan Saudi Aramco.  

Serangan tersebut dilakukan oleh pasukan Houthi yang diduga menjatuhkan rudal balistik di dekat kompleks perumahan di Dhahran yang merupakan bagian dari Kawasan milik Aramco. 

Selain itu, pasukan Houthi juga diduga telah melakukan penyerangan pada fasilitas produksi minyak paling penting yang berada di Khurais dan Abqaiq. Hal tersebut menyebabkan lumpuhnya lima persen produksi atau pasokan minyak dunia serta kenaikan harga minyak mentah hingga sebesar 20% yang merupakan rekor tertinggi dalam tiga puluh tahun terakhir.

Saudi Aramco sebelumnya telah mengurangi besaran produksi minyak mentah sebesar 5,7 juta barel per hari atau sekitar setengah dari total produksi minyak dari kerajaan Arab Saudi.

Akibat serangan tersebut, Saudi Aramco menutup lebih dari setengah produksi minyaknya. Hal ini juga berakibat pada melonjaknya harga minyak dunia dalam besaran yang cukup tinggi.

Pemangkasan sebesar 1 juta barel per hari ini dilakukan dengan memompa minyak kurang dari 7,5 juta barel per hari dibandingkan target sebelumnya yang mencapai 8,5 juta barel per hari. Pemangkasan ini berada di bawah perjanjian OPEC. 

Aramco Effect

Sejarah Saudi Aramco tidak terlepas dari Aramco Effect yang melekat pada raksasa perusahaan minyak dunia ini. Aramco Effect merupakan istilah yang merujuk pada pentingnya peranan Arab Saudi pada pergerakan harga minyak dunia. Aramco Effect juga telah menyebabkan kenaikan harga minyak pada tahun 2019 hingga sebesar 15% setelah adanya penurunan dalam 4 minggu terakhir. 

Tahun 2019, penurunan harga minyak yang tajam telah mengurangi laba bersih semester pertama perusahaan sebesar 12% menjadi USD 46,9 miliar. Namun, angka tersebut masih mengalahkan Apple Inc., listed company yang paling menguntungkan di dunia yang mencatatkan pendapatan sebesar USD31,5 miliar. 

Arab Saudi diketahui juga telah menjual saham di Aramco sebesar 1,5% dan sukses meraup lebih dari USD25 miliar sebagai penawaran saham terbesar dalam sepanjang sejarah. Meski demikian, Aramco tetap berkomitmen untuk membayarkan dividennya sebesar USD18,74 miliar dari total dividen sebesar USD75 miliar. 

Untuk mendiversifikasi bisnis minyaknya, Aramco melakukan ekspansi dalam bisnis penyulingan dan petrokimia. Perusahaan menargetkan untuk menaikkan hampir tiga kali lipat produksi kimianya menjadi 34 juta ton per tahun pada tahun 2030 dan meningkatkan kapasitas penyulingan global menjadi 8-10 juta barel per hari dari lebih dari 5 juta barel per hari.

Itulah sejarah Saudi Aramco, perusahaan raksasa minyak dunia yang berhasil dirangkum IDXChannel dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

SHARE