ECONOMICS

Menteri ESDM Beberkan Potensi dan Tantangan Industri Mobil Listrik di Indonesia

M Fadli Ramadan 25/07/2023 02:00 WIB

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan ketersediaan komponen baterai menjadi tantangan utama.

Menteri ESDM Beberkan Potensi dan Tantangan Industri Mobil Listrik di Indonesia (FOTO:MNC Media)

IDXChannel – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) siap dalam ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Namun, ada tantangan dalam menuju era elektrifikasi dan juga potensi di Indonesia guna menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik. Bahkan, mereka bertekad untuk bermain di ekosistem kendaraan listrik sebagai pemasok baterai ke seluruh dunia.

Namun, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan ketersediaan komponen baterai menjadi tantangan utama. Terlebih pada sektor hulu dalam pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi yang bisa digunakan pada kendaraan listrik.

Arifin mengemukakan hal tersebut pada Pertemuan Clean Energy Ministerial ke-14 dan Mission Innovation kedelapan di Goa, India. Menurutnya, apabila itu bisa teratasi maka dapat mencapai tujuan nol karbon lebih cepat.

“Indonesia berkomitmen untuk melawan perubahan iklim dan mengambil aksi-aksi global untuk mengurangi emisi GRK. Kami telah membangun roadmap menuju Net Zero Emission (NZE) dalam rangka dekarbonisasi sistem energi pada 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional,” kata Arifin dikutip dalam keterangan resmi Senin (24/7/2023).

Untuk mencapai NZE, Arifin menjelaskan diperlukan dekarbonisasi suplai energi melalui optimalisasi pembangkit energi terbarukan. Selain itu, diperlukan juga memperluas infrastruktur transmisi dan distribusi.

Pemanfaatan potensi carbon storage untuk menangkap emisi dari industri yang hard-to-abate juga diperlukan. Ditambah mengembangkan bahan bakar rendah karbon yang saat ini sedang diupayakan oleh pemerintah.

Arifin juga mengatakan bahwa sektor kelistrikan akan mencapai puncak emisi antara tahun 2035 dan 2040. “Namun kita akan dapat mencapainya lebih cepat apabila mendapat dukungan internasional,” ujarnya.

Untuk mencapai NZE, penggunaan teknologi yang mutakhir dan keberadaan industri pendukung sangat diperlukan. Tantangan saat ini adalah ketersediaan teknologi energi bersih dengan harga terjangkau.

“Kerja sama dan solusi dalam teknologi memiliki peran yang kritikal dalam dekarbonisasi sektor kelistrikan dan industri yang hard-to-abate. Adapun kendaraan listrik berbasis baterai menjadi teknologi kunci untuk menurunkan emisi di sektor transportasi,” ucap Arifin.

Arifin menambahkan, Indonesia memiliki target 2 juta mobil listrika dan 13 juta sepeda motor listrik pada 2030 mendatang. Saat ini, pemerintah memberikan insentif kepada masyarakat dalam membeli kendaraan listrik baru maupun konversi sepeda motor dari konvensional menjadi listrik.

“Ketersediaan baterai menjadi sangat krusial dalam menyukseskan program kendaraan listrik dan pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Kami mengharap investasi dan kerja sama untuk mengubah pengolahan nikel menjadi industri manufaktur baterai, memberikan nilai tambah bagi sumber daya mineral kita, dan menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia,” ungkap Arifin.

(SAN)

SHARE