Menteri PUPR Sebut Penurunan Air Muka Tanah di Jakarta Drastis
Hal itu disebabkan dua hal.Pertama, penyedotan air tanah yang masif. Lalu, peningkatan beban tanah.
IDXChannel - Menteri Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono mengatakan penurunan muka tanah di Jakarta setiap tahunnya cukup drastis. Hal itu disebabkan dua hal.
Pertama, penyedotan air tanah yang masif. Lalu, peningkatan beban tanah.
"Pengendalian eksploitasi air tanah merupakan salah satu aspek penting dalam penurunan muka tanah di Jakarta," kata Menteri Basuki dalam pidatonya pada KTT G20: High-Level Expert and Leaders Panel on Water and Disaster, melalui kanal YouTube Kementerian PUPR, Jumat (11/10/2022).
Menurut Menteri Basuki, eksploitasi air tanah disebabkan dari masih kurangnya penyediaan air perpipaan untuk kebutuhan rumah tangga. Namun, untuk penyambungan pipa untuk mengairi air ke rumah tangga masih menyimpan gap pendanaan yang besar.
"Pasokan air ini belum cukup ke rumah-rumah, sehingga kami harus memenuhi pasokan air," kata Menteri Basuki.
Paling tidak pada 2030, ditargetkan pemerintah sudah bisa melarang penyedotan air tanah di Jakarta, sambil menunggu pembangunan 3 SPAM (Sarana Penyediaan Air Minum) yang akan mengairi Jakarta. Ada SPAM Regional Jatiluhur I, SPAM Regional Karian-Serpong, serta SPAM Regional Ir. H. Djuanda/Jatiluhur II masih dalam tahap penyiapan.
Bersamaan dengan itu, pemindahan Ibu kota Jakarta ke Kalimantan juga menjadi salah satu langkah kongkret dari pemerintah untuk mengurangi beban Jakarta yang terus mengalami penurunan muka tanah.
"Restorasi hutan dan 19 bendungan kecil, sekarang sedang dirancang dan dibangun. Sudut pandang pembangunan Nusantara, ibu kota baru di Kalimantan akan meningkatkan perbedaan besar dalam populasi dan mengurangi kepadatan di seluruh negeri," kata Menteri Basuki.
Kepala Otorita IKN Nusantara, Bambang Susantono menambahkan saat ini beban yang dipikul Jakarta menang sudah cukup berat. Selain menjadi pusat pemerintahan, Jakarta juga sekaligus menjadi pusat ekonomi dan bisnis Indonesia.
"Beban struktural yang dipikul oleh ibu kota Jakarta saat ini, pemindahan ibu kota itu akan mengangkat sebagian dari beban ini dan membuka peluang bagi Jakarta untuk memperkuat sebagai pusat keuangan," pungkas Bambang. (NIA)