ECONOMICS

Meski Keran Impor Dibuka, Bos Bulog Pesimistis Harga Beras Turun

Suparjo Ramalan 16/12/2022 19:32 WIB

Dirut Bulog, Budi Waseso, ragu-ragu bila 500.000 ton beras mampu menekan kenaikan harga di pasar.

Meski Keran Impor Dibuka, Bos Bulog Pesimistis Harga Beras Turun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah terus mengintervensi harga beras di pasaran yang melonjak sepanjang tahun ini. Strategi yang ditempuh pemerintah dengan menambah pasokan atau serapan beras melalui skema impor. 

Melalui Perum Bulog, pemerintah menargetkan impor beras yang masuk ke Indonesia pada Desember 2022 hingga Februari 2023 mencapai 500.000 ton. Secara rinci, 200.000 ton beras akan direalisasikan hingga akhir Desember tahun ini. Sisanya 300.000 ton hingga Februari tahun depan. 

Beras yang diperuntukkan bagi cadangan beras pemerintah (CBP) itu pun akan didistribusikan secara bertahap kepada masyarakat melalui operasi pasar. 

Lantas, impor beras yang masuk ke Indonesia mampu mempengaruhi atau menurunkan harga beras saat ini? 

Mengutip data Badan Pangan Nasional, harga rata-rata nasional beras premium per hari ini naik Rp 30 menjadi Rp12.950 per kilogram (kg). Sementara, beras medium naik Rp40 menjadi Rp11.390 per kg.

Dengan kondisi tersebut, Direktur Utama Bulog Budi Waseso alias Buwas, ragu-ragu bila 500.000 ton beras mampu menekan kenaikan harga, atau mempengaruhi pasar agar harga komoditas primer tersebut mengalami penurunan. 

'Yang pasti ini untuk kebutuhan cadangan pangan ya, pasti kita gunakan operasi pasar," ungkap Buwas, Jumat (16/12/2022). 

Buwas enggan menjelaskan secara spesifik dan gamblang perihal hal ini. Namun, dia memastikan 500.000 ton beras premium yang diimpor akan dijual di harga Rp 8.300 per kg. Padahal, harga yang dibeli perusahaan mengikuti harga pasar dunia. Sehingga total pengeluaran Bulog, termasuk biaya operasional, mencapai Rp 8.800 per kg beras. 

Meski akan mematok tarif di bawah harga pasar, lanjut Buwas, pemerintah harus menyepakati konversi harga beras premium impor ke ketentuan CBP. Sehingga tarif beras premium akan setara dengan harga beras medium yang diserap dari dalam negeri. 

"Nah, setelah ini, ini kan untuk CBP, kalo CBP-kan aturannya medium, ketentuannya. Maka ini nanti kita mintakan ada perubahan menjadi CBP," tutur dia. 

Di lain sisi, Buwas mencatat kebutuhan beras naik signifikan di tengah lonjakan harga beras. Di mana, kebutuhan rata-rata beras naik menjadi 170.000 ton per bulan, sebelumnya kebutuhan hanya ada di angka 30.000 ton per bulan.

Tingginya permintaan beras berbanding terbalik dengan stok cadangan beras pemerintah di gudang Bulog. Bahkan, beberapa bulan belakangan tingkat serapan BUMN Pangan itu paling rendah sepanjang 2022. 

Bulog memang menerima penugasan menyerap 1,2 juta ton beras. Namun, serapan beras perusahaan rendah atau baru mencapai 594.856 ton pada November tahun ini.

Data stok beras Bulog per 22 November 2022 di antaranya cadangan beras pemerintah sebanyak 426.573 ton. Sementara, stok komersial mencapai 168,283 ton atau setara 28,29 persen dari total stok yang tersimpan.

"Ternyata, untuk tahun ini karena cuaca dan kondisi yang memang ya sulit kita dapatkan dari dalam, nah untuk kecepatan itu, menjamin masyarakat akan ketersediaan ya kita datangkan dari kekurangan, artinya tadi kita bisa menyerap satu juta, ternyata hanya 172.000 ton, berarti mau tidak mau ini kita datangkan (impor),” ujarnya.

(FRI)

SHARE