Miris! Krisis Ekonomi Bikin Warga Sri Lanka Mesti Tahan Lapar
Begini potret kesengsaraan warga Sri Lanka akibat inflasi dan krisis ekonomi akut yang melanda.
IDXchannel - Seorang pekerja sekaligus warga Tamil, Sri Lanka, Singaram Sooisaiyamutthu berjuang keras merawat ladang kacang tanah sewaan di tengah lonjakan inflasi. Inflasi yang tinggi di sana telah mendorong peningkatan kebutuhan yang luar biasa.
"Saya memiliki lebih banyak kesulitan daripada bekerja upah harian," katanya yang kehilangan kedua kaki akibat serangan udara pada 2009, dilansir dari Reuters, Jumat (16/9/2022).
Krisis ekonomi di Sri Lanka merupakan pukulan bagi dirinya dan warga setempat setelah sebagian besar penduduk Tamil diporakporandakan serangan tersebut.
Banyak warga yang bekerja sebagai buruh harian untuk bertahan hidup, namun kata Sooisaiyamutthu tetap tidak bisa.
"Jika saya bekerja dengan upah harian, tidak ada yang akan mempekerjakan saya. Dan juga tidak mungkin bagi kita untuk pergi dan bekerja seperti ini," ujarnya.
Sooisaiyamutthu bekerja sebagai nelayan sebelum krisis ekonomi melanda. Krisis yang terburuk di Sri Lanka dalam tujuh dekade, menguras pasokan bahan bakar, memaksanya beralih ke pertanian kacang tanah untuk mendapatkan uang.
"Bahkan jika kita harus menahan rasa lapar, kita tidak bisa memberitahu anak-anak, 'Lihat nak, hanya ini yang bisa dimakan, sekarang tidur saja ya,'" keluhnya.
Keluarga Sooisaiyamutthu termasuk di antara 6,2 juta warga Sri Lanka yang diperkirakan rawan pangan oleh FAO, karena inflasi pangan mencapai 93,7% pada bulan lalu.
Krisis keuangan Sri Lanka adalah akibat dari salah urus ekonomi dan pandemi Covid-19 yang menghancurkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama.
Selama berbulan-bulan, 22 juta warga Sri Lanka telah berjuang dengan pemadaman listrik, inflasi yang merajalela, nilai tukar Rupee anjlok, dan kekurangan cadangan devisa yang menyulitkan membayar impor makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Mullaitivu wilayah Sooisaiyamutthu tinggal dan bekerja adalah distrik termiskin kedua di Sri Lanka. Dengan 58% rumah tangga hidup dalam kemiskinan. Survei Save The Children pada Juni menunjukkan, mereka kehilangan semua pendapatan karena krisis.
Secara nasional, 31% responden orang dewasa mengatakan, mereka mengurangi asupan makanan untuk anak-anak mereka.
"Dengan krisis ekonomi ini didorong dari kondisi buruk menjadi lebih buruk," ujar Soma Somanathan, Pendiri Badan Amal Tears of Vanni.
Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Sosial Sri Lanka, Neil Hapuhinne mengatakan, rencana pemerintah menyalurkan bantuan tunai langsung secara bulanan kepada 600 ribu warga.
"Yang paling layak akan dibantu setelah 51,3 miliar Rupee atau USD146 juta disalurkan ke 3,2 juta rumah tangga tahun ini," ujar Neil.
Pinjaman sebesar USD200 juta dari ADB juga akan meringankan krisis pangan, sementara pemerintah telah beralih ke Bank Dunia dan badan-badan di bawah PBB. (FAY)