Negara yang Berutang dengan China, Terjebak Tidak Mampu Bayar
Beberapa negara yang berutang dengan China ini diketahui tersebar di beberapa belahan dunia. Melalui skema Belt and Road Initiative (BRI) negara ini mengutang.
IDXChannel - Beberapa negara yang berutang dengan China ini diketahui tersebar di beberapa belahan dunia.
Melalui skema Belt and Road Initiative (BRI), beberapa negara yang berutang dengan China ini akhirnya tidak mampu bayar.
Lalu siapa saja negara yang berutang dengan China dan tidak mampu bayar hingga nyaris bangkrut? Simak penjelasan yang berhasil dihimpun kami dari berbagai sumber.
Pengertian Skema BRI
Skema Belt and Road Initiative merupakan skema utang yang ditawarkan China terhadap beberapa negara di belahan dunia.
Skema ini mengandalkan proyek pembangunan infrastruktur yang dijalan dengan utang dari China.
China sendiri membantah skema BRI merupakan jebakan utang, melansir data yang dimiliki mereka.
Skema BRI berkontribusi pada pengentasan 7,6 juta jiwa penduduk dari kemiskinan ekstrim dan 32 juta jiwa dari kemiskinan selama kurun waktu 15 tahun.
Negara yang Tidak Mampu Bayar
Lalu negara mana saja yang menggunakan skema BRI dan tidak mampu bayar hingga nyaris bangkrut?
1. Sri Lanka
Sejauh ini, baru satu negara yang benar-benar jatuh dalam utang China, yaitu Sri Lanka.
Negara itu gagal melunasi kewajibannya dalam mengembalikan dana pembangunan Pelabuhan Hambantota.
Negara yang Berutang dengan China, Terjebak Tidak Mampu Bayar. (Foto : MNC Media)
Pelabuhan itu dibangun pada tahun 2008 dengan bantuan dana segar dari China sebesar USD361 juta atau Rp5 triliun.
Di 2016, Kolombo akhirnya menyerahkan pelabuhan itu kepada perusahaan China untuk mengelolanya.
Sebagai kesepakatan itu, Sri Lanka akan memindahkan angkatan lautnya.
Sejumlah pihak meyakini, hal itu akan membuka peluang bagi China untuk menguasai gerak-gerik tentara Sri Lanka.
Sri Lanka sendiri saat ini tengah bergelut dengan krisis. Krisis ekonomi juga telah menjalar ke politik yang menginginkan rezim diganti.
2. Uganda
Negara lain yang juga disebut tengah bergulat dengan utang China adalah Uganda.
Negara ini dilaporkan tengah berusaha mengubah perjanjian pinjamannya dengan China.
Ini untuk memastikan sejumlah aset tidak hilang karena default (gagal bayar).
Antara lain bandara internasional Entebbe.
Menurut laporan Gulf News yang melansir Bloomberg awal pekan ini, perjanjian itu dibuat tahun 2015.
Negara itu meminjam USD200 juta dari Bank Export-Import (EXIM) China untuk memperluas bandara Entebbe.
Klausul yang ingin diubah, antara lain perlunya Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari pemberi pinjaman China untuk anggaran dan rencana strategisnya.
Aturan lain mengamanatkan bahwa setiap perselisihan antara para pihak harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China.
Hal sama juga diungkapkan Economic Times.
Presiden Uganda Yoweri Museveni dilaporkan telah mengirimkan delegasi ke Beijing guna bernegosiasi dengan pemerintah China.
Uganda sudah mencoba bernegosiasi sejak Maret 2021 dan belum berhasil menemui titik temu.
Pinjaman itu sendiri memiliki tenor 20 tahun, termasuk masa tenggang tujuh tahun.
3. Kenya
Kenya juga diyakini akan gagal membayar utang ke China.
Hal itu terkait pembangunan proyek kereta api (Standard Gauge Railway/SGR) di negara Afrika tersebut, antara Mombasa dan Nairobi.
Kenya awalnya meminjam USD3,6 miliar dari Bank EXIM China, guna membangun rute dari Mombasa ke Nairobi.
Pemerintah lalu meminjam lagi USD1,5 miliar untuk memperpanjangnya ke Naivasha, sebuah kota di Central Rift Valley.
Peringatan ini sendiri dikeluarkan auditor jenderal negara cejas beberapa tahun lalu.
Warning juga muncul di tengah krisis Sri Lanka yang membuat negeri itu tak bisa membayar utang ke China.
Jika Kenya tak bisa membayar utang, maka pelabuhan Mombasa, aset paling berharga di negeri itu diyakini akan diambil alih Beijing.
Meski begitu, pemerintah Kenya dan China menyangkal hal tersebut di mana Mombasa disebut bukan jaminan pinjaman itu.
4. Maladewa
Maladewa juga diyakini terjerat utang China.
Ini karena utang yang bengkak.
Awalnya, Maladewa meminjam dana sebesar USD200 juta atau setara Rp2 triliun untuk menghubungkan pulau ibukota Male ke pulau Hulhumale.
Di mana bandara dan lahan luas masih banyak tersedia.
Hal ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar mengenai keterbatasan lahan properti dan akses menuju kawasan ekonomi baru.
Jembatan itu rampung di 2018 dan diberi nama "China-Maldives Friendship Bridge".
Selain jembatan, Maladewa juga terus meminjam uang untuk pengembangan infrastruktur lainnya.
Pada tahun ini, beberapa mantan pejabat Maladewa dan perwakilan China menunjukkan angka utang terbaru.
Mereka menyebutkan Male berutang ke China antara USD1,1 miliar hingga USD1,4 miliar.
Angka ini masih merupakan jumlah yang sangat besar untuk negara pulau dengan PDB sekitar USD4,9 miliar.
Negara yang bergantung dari sektor pariwisata ini sangatlah terpukul oleh pandemi Covid-19.
Itulah penjelasan beberapa negara yang berutang dengan China dan tidak mampu bayar. Semoga informasi ini berguna bagi Anda dan menambah wawasan Anda.