ECONOMICS

Neraca Dagang Surplus Lima Tahun Berturut, Kemenkeu: Bukti Ketahanan Ekonomi RI

Anggie Ariesta 16/01/2025 09:50 WIB

Kemenkeu mencatat aktivitas perdagangan Indonesia pada 2024 kembali surplus, membuat tren positif selama lima tahun berturut-turut.

Neraca Dagang Surplus Lima Tahun Berturut, Kemenkeu: Bukti Ketahanan Ekonomi RI. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mencatat aktivitas perdagangan Indonesia pada 2024 kembali surplus, membuat tren positif selama lima tahun berturut-turut.

Surplus perdagangan pada 2024 mencapai USD31,04 miliar, lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2023 sebesar USD36,89 miliar. 

Kendati nilainya menurun, volume perdagangan (baik ekspor maupun impor) menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun Febrio menilai penurunan nilai surplus dagang Indonesia terjadi karena dampak moderasi harga komoditas global sepanjang 2024.

“Surplus perdagangan yang kita capai untuk tahun kelima ini mencerminkan ketahanan yang baik dari perekonomian Indonesia. Penurunan nilai surplus terutama disebabkan oleh tren moderasi harga komoditas global pada tahun 2024,” ujar Febrio dalam keterangan resmi, Kamis (16/1/2025).

Ekspor Indonesia sepanjang 2024 juga mencatatkan kinerja positif. Total nilai ekspor tercatat mencapai USD264,70 miliar, meningkat sebesar 2,29 persen dibandingkan tahun 2023. 

Selain itu, volume ekspor juga tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,37 persen (yoy). Peningkatan kinerja ekspor tersebut utamanya didorong oleh ekspor nonmigas, khususnya dari sektor industri pengolahan, yang memberikan kontribusi signifikan sebesar 74,25 persen terhadap total ekspor pada 2024. 

Besarnya kontribusi industri pengolahan ini mencerminkan geliat positif industri manufaktur. Sementara itu, komoditas ekspor unggulan sepanjang 2024 didominasi oleh Bahan bakar mineral (HS27), Lemak dan minyak nabati (HS15), dan Besi dan baja (HS72), dengan share masing masing sebesar 15,94 persen, 10,78 persen dan 10,37 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. 

China masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia dengan share 26,40 persen, diikuti Amerika Serikat dan Jepang masing-masing dengan share 11,22 persen dan 6,59 persen.

Sejalan dengan aktivitas ekspor, kinerja impor Indonesia tahun 2024 juga tercatat mengalami peningkatan baik secara nilai (11,07 persen yoy) maupun volume (3,37 persen yoy). 

Nilai impor Indonesia pada 2024 tercatat sebesar USD233,66 miliar, utamanya disumbang oleh impor bahan baku/penolong dan barang modal dengan kontribusi sebesar 90,28 persen dari total impor sepanjang 2024. 

"Tingginya kontribusi impor baku/penolong dan barang modal juga sejalan dengan aktivitas ekspor yang menunjukkan menunjukkan peningkatan pada sektor industri pengolahan. Hal ini mencerminkan kinerja industri manufaktur dalam negeri yang cukup terjaga di sepanjang tahun 2024," tutur Febrio.

Berdasarkan komoditasnya, impor mesin/perlengkapan elektrik dan mesin/peralatan mekanis tercatat tumbuh, sedangkan komoditas besi dan baja tercatat mengalami kontraksi.

Tren positif neraca perdagangan yang berlanjut sepanjang 2024 menjadi kabar baik di awal tahun ini. Hal itu mencerminkan perekonomian Indonesia yang tetap solid.

Capaian ini juga memperkuat optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen dapat tercapai pada 2024. 

“Ke depan, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, serta memperluas diversifikasi mitra dagang utama. Langkah-langkah ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan dan ketidakpastian global yang semakin kompleks,” tutur Febrio.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE