ECONOMICS

Omicron Masuk Indonesia, Pengamat Imbau Masyarakat Tetap Waspada Jelang Nataru

Ari Sandita 20/12/2021 13:09 WIB

Pengamat meminta agar semua pihak, khususnya pemerintah untuk mewaspadai virus Omicron saat libur Natal dan Tahun 2022 mendatang.

Omicron Masuk Indonesia, Pengamat Imbau Masyarakat Tetap Waspada Jelang Nataru

IDXChannel - Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno meminta agar semua pihak, khususnya pemerintah untuk mewaspadai virus Omicron saat libur Natal dan Tahun 2022 mendatang. Jangan sampai aktivitas transportasi tak sehat justru mendorong perluasan wabah penyakit.

"Waspada Virus Omicron Saat Nataru. Aktivitas transportasi yang tidak sehat akan mendorong percepatan terjadi perluasan suatu wabah penyakit," ujarnya pada wartawan, Senin (20/12/2021).

Menurutnya, hasil survey yang diselenggarakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Perhubungan mendapatkan 11 juta orang (7,1 persen) akan melakukan perjalanan antar kota di akhir tahun 2021 nanti. Adapun survey mobilitas saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 itu dilakukan secara daring (online) pada 1-15 Desember 2021 kemarin.

"Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan penyebaran kuesioner melalui Media Sosial (Whatsapp dan Instagram) dan SMS Blast. Responden sebanyak 49.074 orang dengan margin error 0,5 persen. Penentuan sampel dilakukan dengan rumus Slovin. Wilayah studi Nasional (Jawa Bali), dan Jabodetabek," tuturnya.

Dia menerangkan, wilayah Jawa dan Bali memiliki populasi penduduk 156 juta orang (BPS, 2020). Dilihat dari profil yang terbanyak melakukan perjalanan adalah laki-laki (77 persen), usia 20-30 tahun (45 persen), pendidikan SMA/sederajat (48 persen), pekerjaan karyawan swasta (27 persen), dan penghasilan di bawah Rp 3 juta (70 persen).
 
Lalu, profil responden terkait dengan Covid-19 yang banyak menjawab tidak pernah terpapar (84,8 persen). Berikutnya, sudah 2 kali divaksin (77,2 persen), menggunakan Peduli Lindungi (81 persen), waspada terhadap Covid-19 (63,8 persen), dan sangat taat terhadap protokol kesehatan (57,2 persen).

"Pada saat pemerintah melakukan pembatalan PPKM Level 3 diperkirakan potensi pergerakan masyarakat di Jawa dan Bali sekitar 11 juta orang (7,1 persen) yang akan melakukan perjalanan. Sementera potensi pergerakan masyarakat di wilayah Jabodetabek sebanyak 2,3 juta orang (7 persen)," jelasnya.

Dia menjabarkan, daerah asal Jawa dan Bali berikut ini, (1) Jabodetabek 21.8 persen atau 2,3 juta orang, (2) Jawa Tengah 20,2 persen atau 2,2 juta orang, (3) Jawa Timur 19,7 persen atau 2,1 juta orang’ (4) Jawa Barat Non Jabodetabek 19,3 persen atau 2,1 juta orang, (5) Bali 7,4 persen atau 794 ribu orang; (6) Banten Non Jabodetabek 6 persen atau 643 ribu orang, dan DI Yogyakarta 5,6 persen atau 605 orang.

Sementara itu, sebagai daerah tujuan terbanyak untuk perjalanan orang dari Jawa dan Bali adalah (1) menuju Jabodetabek 22,9 persen atau sekitar 2,5 juta orang; (2) menuju Jawa Tengah 19,5 persen atau sekitar 2,1 juta orang; (3) menuju Jawa Barat  18,5 persen atau sekitar 2 juta orang; (4) menuju Jawa timur 16,6 persen atau sekitar 1,8 juta orang; (5) menuju DI Yoguakarta 5,8 persen atau 624 ribu orang.

Moda yang paling banyak dipilih untuk digunakan adalah sepeda motor 28,5 persen (sebanyak 3,1 juta orang akan menggunakan sepeda motor). Berikutnya pilihan pada mobil pribadi 23,3 persen (2,5 juta orang akan menggunakan mobil), bus 13,2 persen (1,4 juta orang akan menggunakan bus), pesawat 9,8 persen (1,1 juta orang akan menggunakan pesawat); kereta api 9,7 persen (1 juta orang akan menggunakan kereta api).

Puncak pergi masyarakat pada liburan Natal pada 24 Desember 2021 sebesar 7,8 persen, dan juga 25 Desember sebesar 7,2 persen. Puncak pergi pada liburan tahun baru pada Jumat 31 Desember 2021 sebesar 8,6 persen.

"Perlu diperhatikan masyarakat yang akan melakukan perjalanan sebelum tanggal H-7 dan setelah Senin 2 Januari 2022. Puncak pulang masyarakat pada liburan Natal dan Tahun Baru adalah pada hari Minggu 2 Januari 2022. Perlu diperhatikan masyarkat yang akan pulang setelah Senin 2 Januari 2022," katanya.

Adapun potensi pergerakan di wilayah Jabodetabek populasi penduduk 33 juta jiwa (BPS, 2020) sebagai berikut. Pada kebijakan Pembatasan dan Pengetatan Perjalanan, potensi pergerakan sebesar 4,2 persen atau sebanyak 1,4 juta orang.

Pada kebijakan Penerapan PPKM Level 3/Level 4, potensi pergerakan sebesar 3,2 persen atau sebanyak 1 juta orang. Pada kebijakan Larangan bepergian, potensi pergerakan sebesar 2,4 persen atau sebanyak 780 ribu orang.

"Pada kebijakan dibatalkannya penerapan PPKM Level 3, potensi pergerakan Jabodetabek sebesar 7,1 persen atau sebanyak 2,3 juta orang," imbuhnya.

Sedangkan daerah tujuan terbanyak untuk perjalanan orang dari Jabodetabek adalah menuju Jabodetabek 33 persen atau 757 ribu orang. Selanjutnya, menuju Jawa Barat 19,5 persen atau 448 ribu orang, menuju Jawa Tengah 17,9 persen atau 411 ribu orang, menuju DI Yogyakarta 6,7 persen atau sekitar 155 ribu orang dan menuju Jawa Timur 5,2 persen atau 119 ribu orang.

"Potensi pergerakan akan semakin bertambah ketika terjadi pelonggaran kebijakan," katanya.

(NDA)

SHARE