OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Ini 5 Respons yang Bisa Dilakukan AS
OPEC+ secara mengejutkan memutuskan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari.
IDXChannel - OPEC+ secara mengejutkan memutuskan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari. Keputusan tersebut diperkirakan akan meningkatkan harga bahan bakar di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (3/4/2023), Presiden AS Joe Biden hanya memiliki sedikit opsi kebijakan untuk merespons manuver OPEC+ itu.
1. Menggunakan Cadangan Minyak Strategis
Biden mungkin akan kembali memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis (SPR). Menurut Departemen Energi AS, SPR saat ini menyimpan sekitar 371 juta barel minyak, sekitar separuh dari total kapasitas. Tahun lalu, Biden menggelontorkan 180 juta barel minyak dari SPR ke pasar untuk meredakan kenaikan harga bensin akibat perang di Ukraina.
Gedung Putih awalnya ingin mengisi kembali SPR. Namun, rencana tersebut terkendala beberapa faktor, termasuk pemeliharaan di dua dari empat lokasi penyimpanan.
Menteri Energi Jennifer Granholm mengatakan pemerintah tidak bisa melakukan pengisian ulang dan mengeluarkan minyak dari SPR dalam waktu bersamaan. Jika minyak dari SPR kembali dikeluarkan, rencana pengisian ulang kemungkinan ditunda.
2. Menekan produsen AS
Industri energi AS kemungkinan akan kembali menghadapi serangan politik dari kubu pemerintah. Perusahaan energi selama ini dituduh mengabaikan permintaan Gedung Putih untuk mempercepat peningkatan produksi.
Beberapa tahun terakhir, produksi minyak domestik tumbuh lambat. Hal tersebut dikarenakan pelaku industri enggan meningkatkan aktivitas pengeboran.
"Karena AS tidak bisa menekan anggota OPEC+, mereka akan menekan industri minyak dan gas domestik," kata Timm Schneider, seorang analis yang menjalankan The Schneider Capital Group LLC.
3. Mendorong kembali NOPEC
Tahun lalu, Gedung Putih mengindikasikan sempat mendukung rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan AS untuk mengambil tindakan hukum terhadap negara-negara OPEC sebagai tanggapan atas pengurangan produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari yang tidak terduga. Namun, pemerintah kemudian menarik dukungannya terhadap RUU No Oil Producing and Exporting Cartels Act (NOPEC) karena khawatir akan dampak negatifnya terhadap hubungan diplomatik dan industri pertahanan.
4. Pembatasan Ekspor
Terdapat opsi lain yang dapat dipertimbangkan oleh Gedung Putih yaitu pembatasan ekspor bahan bakar seperti bensin dan diesel. Tahun lalu, Gedung Putih mempertimbangkan opsi tersebut sebagai solusi untuk menstabilkan harga bahan bakar. Namun, opsi tersebut tidak pernah dilaksanakan. Beberapa analis berpendapat bahwa pembatasan tersebut dapat berdampak negatif dan justru memicu kenaikan harga di beberapa wilayah AS.
5. Tidak melakukan apa-apa
Menurut David Goldwyn, mantan pejabat bidang energi pada masa Barack Obama, tidak melakukan apa-apa merupakan alternatif kebijakan yang baik.
"Hal ini menyerupai pemangkasan yang dilakukan oleh OPEC berdasarkan situasi pasar, sehingga tidak memerlukan respons dari pemerintah. OPEC memprediksi pertumbuhan permintaan yang lambat. Meskipun penjualan minyak yang dimandatkan Kongres AS tahun ini belum memengaruhi pasar, tindakan OPEC mungkin bermaksud mengatasi hal tersebut,” kata Goldwyn.
(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)