Pakar ITB Sebut Pengembangan Bioetanol Solusi Menekan Impor BBM
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan program bioetanol tebu untuk mendukung ketahanan energi.
IDXChannel - Pakar bioenergi Intitut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Tatang Hernas Soerawidjaja mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meluncurkan program bioetanol tebu untuk mendukung ketahanan energi.
Menurut Tatang, campuran bioetanol dapat menjadi solusi pengurangan tekanan impor BBM yang memberatkan neraca perdagangan Indonesia.
"Apabila kita mengambil contoh kesuksesan penggunaan substitusi impor diesel dengan program biodiesel, maka kita juga dapat mengurangi tekanan impor bensin yang jauh lebih besar porsinya dibandingkan bahan bakar jenis diesel," ujar Tatang melalui keterangan tertulis, Kamis (8/12/2022).
Tatang menambahkan, laporan ITB memproyeksikan Indonesia masih akan mengimpor hingga 35,6 juta KL pada 2040 atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor BBM pada 2021.
Dengan adanya pengembangan bioetanol diharapkan mampu menekan impor BBM.
Adapun hasil riset ITB menunjukkan Indonesia berhasil menghemat devisa sebesar USD2,6 miliar dari substitusi impor diesel melalui program biodiesel kelapa sawit.
"Penggunaan bioetanol sebagai bahan campuran BBM dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol," ucap Tatang.
Manfaat lain dari hadirnya bioetanol, lanjut Tatang, adalah dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 43% termasuk karbon dioksida (C02), nitrogen oksida (NOx), partikel partikulat (PM2.5), dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23% pada 2025.
"Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM," kata Tatang.
Meskipun bioetanol memiliki potensi besar, sebut dia, terdapat tantangan dalam pengimplementasiannya sebagai campuran bensin utama, yakni masih rendahnya produksi bioetanol di Indonesia. (NIA)