ECONOMICS

Pandemi Covid-19 Jadi Endemi, Epidemiolog: Jika Kasusnya Tidak Naik Turun!

Muhammad Sukardi 14/09/2021 19:04 WIB

Endemi Covid-19 menjadi harapan banyak masyarakat dunia, bukan hanya Indonesia.

Jika Covid-19 menjadi endemi, masyarakat wajib tetap menaati prokes ketat yang berlaku (Ilustrasi by Unsplash)

IDXChannel - Melandainya kasus Covid-19 di tanah air membuat pemerintah kembali memikirkan rencana lainnya. Meski kasusnya menurun, namun Covid-19 tidak serta merta hilang dari muka bumi. 

Endemi Covid-19 menjadi harapan banyak masyarakat dunia, bukan hanya Indonesia. Dengan status endemi, artinya infeksi Covid-19 tidak begitu membahayakan walau sejatinya penyakit akan tetap ada. Ya, sama seperti masalah kesehatan pada umumnya.

Bersiap menyambut endemi memang perlu. Salah satunya seperti saran para ahli kesehatan maupun pemerintah yaitu terus menjalankan protokol kesehatan dan jangan lengah.

Menurunnya kasus ditambah terus meningkatnya cakupan vaksinasi jangan kemudian membuat Anda euforia hingga lupa protokol kesehatan. Hal itu yang sangat bisa membuat terjadinya lonjakan virus di masyarakat.

Tapi, jika bicara soal endemi, apa yang perlu dipersiapkan dan dilakukan oleh masyarakat? Sehingga tujuan mengentaskan pandemi Covid-19 benar-benar terwujud?

Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menerangkan bahwa kalau bicara endemi artinya kriterianya suatu penyakit angka reproduksinya virus atau penyebab lainnya paling tinggi 1 dan tidak naik turun

"Sedangkan sekarang masih naik turun. Jangankan Indonesia, Australia juga masih naik turun," terang Dicky dalam wawancaranya bersama Okezone di Instagram Live, Selasa (14/9/2021).

Nah, jika ditanya kapan endemi itu terjadi, Dicky punya jawabannya. "Asal strategi 3T, 5M, dan vaksinasi berjalan sangat optimal sehingga hasilnya bisa dirasakan semua masyarakat," jawabnya.

Bukan hanya itu, yang menentukan suatu penyakit dari berstatus pandemi ke endemi adalah timeline virus itu sendiri. Ya, virus itu berevolusi dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan virus tersebut berhenti berevolusi.  

"Evolusi ini dipengaruhi perilaku kita sendiri. Jika varian virus yang terbentuk semakin mudah menginfeksi, artinya semakin mudah dia menghasilkan varian lainnya, dan itu mengubah angka reproduksi lagi,' paparnya.  

"Ya, tidak ada salahnya juga berharap endemi bisa tercipta akhir 2022 dan ini terjadi hanya jika ada keajaiban besar dalam upaya vaksinasi. Itu kenapa para ahli menginginkan setiap negara masif dan agresif melakukan vaksinasi maupun 3T dan 5M," tambah Dicky.

Ia menekankan di sini, meski Indonesia belum mencapai endemi, pun negara lainnya, tidak berarti kehidupan berhenti begitu saja. Tidak juga artinya kehidupan akan selalu sulit.

"Enggak begitu, kalau kita bisa mengendalikan, ya, sebelum mencapai endemi, kehidupan sudah lebih baik dan ini sudah dibuktikan di Queensland tempat saya menetap. Angka kasus bisa 0 dan kehidupan berjalan biasa, meski pembatasan tetap dilakukan," terangnya. (NDA)

SHARE