Pandemi Justru Bikin Harga Rumah Dunia Melonjak 11 Persen, Kok Bisa?
Angka pertumbuhan tersebut bahkan merupakan porsi pertumbuhan tertinggi semenjak triwulan IV/2004 lalu.
IDXChannel - Lembaga konsultan properti global, Knight Frank, baru saja merilis risetnya yang bertajuk Global Residential Cities Index untuk periode Triwulan IV/2021 yang mencatat pertumbuhan harga residensial di berbagai perkotaan dunia.
Dalam indeks tersebut terungkap bahwa rata-rata pertumbuhan harga hunian secara tahunan di 150 kota di dunia pada triwulan IV/2022 melambung hingga 11 persen. Angka pertumbuhan tersebut bahkan merupakan porsi pertumbuhan tertinggi semenjak triwulan IV/2004 lalu.
Dengan kata lain, pertumbuhan yang terjadi selama pandemi COVID-19 justru menjadi porsi pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 18 tahun terakhir.
Secara areal pertumbuhan, Amerika menjadi wilayah dengan rata-rata pertumbuhan harga tertinggi dengan 15 persen. Selanjutnya diikuti oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (Europe, Middle East and Africa/EMEA) yang tercatat memiliki rata-rata pertumbuhan hingga 11 persen.
Sementara harga hunian di negara-negara kawasan Asia Pasifik tercatat memiliki porsi pertumbuhan paling minim, yaitu di kisaran sembilan persen.
Head of International Residential Research, Knight Frank, Everett Allen mengatakan, situasi lockdown yang berlarut menyebabkan masyarakat berhasil menabung secara signifikan, diikuti juga dengan adanya peningkatan nilai ekuitas dari aset rumah yang mereka miliki.
"Kekayaan lebih tersebut akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang ditinggali ataupun untuk membeli properti kembali," jelas Everett dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/4/2022).
Lanjutnya, Global Residential Cities Index periode Q4 2021 juga mencatat bahwa Istanbul memiliki angka pertumbuhan harga residential tertinggi di dunia sebesar 63,2% selama satu tahun terakhir.
Sementara itu, Kuala Lumpur direkam mengalami penurunan tertinggi sebesar -5,7% dimana setidaknya terdapat 10 kota yang tercatat mengalami penurunan harga residensial selama 2021.
Sedangkan Jakarta tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan harga residensial positif di 1,4 persen pada kwartal empat tahun 2021.
"Hal ini juga seiring dengan indeks dari Bank Indonesia dimana pada data akhir tahun 2021 yang menyatakan indeks pertumbuhan perumahan Jakarta berada di angka 1,42 persen," terangnya.
Bank Indonesia (BI) juga menyatakan bahwa indeks harga residential Jakarta di triwulan I/2022 mengalami kontraksi, atau berada di angka 1,04 persen. Kondisi ini juga tercermin dari performa pertumbuhan harga residential di Indonesia.
Senior Research Advisor, Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat menambahkan, kinerja sektor perumahan diperkirakan masih positif sepanjang 2022, meskipun pertumbuhan harga terbatas karena pengembang cenderung menahan kenaikan harga sembari menghabiskan stok rumah siap huni dan insentif (PPN DTP) properti. (TSA)