ECONOMICS

Pangkas Produksi Minyak, Arab Saudi Hadapi Ancaman Kontraksi Ekonomi

Wahyu Dwi Anggoro 10/07/2023 14:06 WIB

Keputusan Arab Saudi memperpanjang pemotongan produksi minyaknya dapat memicu kontraksi ekonomi di Negara Petrodolar tersebut.

Pangkas Produksi Minyak, Arab Saudi Hadapi Ancaman Kontraksi Ekonomi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Keputusan Arab Saudi memperpanjang pemotongan produksi minyaknya dapat memicu kontraksi ekonomi di Negara Petrodolar tersebut. Pemangkasan dilakukan untuk mempertahankan harga energi di tingkat global.

Pada 2022, Arab Saudi merupakan negara anggota G20 dengan pertumbuhan tertinggi. Pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut mencatat ekspansi ekonomi sebesar 9% tahun lalu. 

Pencapaian di 2022 didorong rekor produksi minyak sekitar 10,5 juta barel per hari. Harga rata-rata saat itu mencapai USD100 per barel karena invasi Rusia ke Ukraina mengguncang pasar energi.

Tahun ini, pasar minyak dunia dibayangi perlambatan ekonomi global yang menekan permintaan. Riyadh menurunkan produksi hingga Agustus 2023 menjadi hanya sembilan juta barel per hari.

Menurut Bloombergs Economics, perekonomian Arab Saudi bisa kontraksi sebesar 0,1% tahun ini jika  pemangkasan berakhir pada September atau 1% jika kebijakan tersebut bertahan selama sisa 2023.

"Pemotongan yang dilakukan Arab Saudi berbiaya mahal," kata Jean-Michel Saliba, ekonom Timur Tengah dan Afrika Utara di Bank of America Corp, dilansir dari Bloomberg pada Senin (10/7/2023).

Meski demikian, beberapa analis masih optimis produk domestik bruto masih bisa tumbuh bahkan jika pemotongan tetap dilakukan hingga 2024. Amy McAlister dari Oxford Economics melihat PDB naik 0,3% dalam skenario itu.

Banyak analis energi memperkirakan pasar minyak akan mengetat pada akhir 2023 karena permintaan di China dan India meningkat. Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan minyak mentah melonjak menjadi USD86 per barel pada Desember. (WHY)

SHARE