ECONOMICS

Pasar Domestik Dikuasai Produk Impor, Bisnis Refraktori Diklaim Sangat Menjanjikan

taufan sukma 02/05/2024 13:48 WIB

pasar refraktori di Indonesia mencatat nilai pertumbuhan pengiriman sebesar 78,34 persen, dari 2020 ke 2021.

Pasar Domestik Dikuasai Produk Impor, Bisnis Refraktori Diklaim Sangat Menjanjikan (foto: MNC Media)

IDXChannel - Permintaan pasar terhadap produk material tahan api (refraktori) menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup signifikan.

Tren tersebut didorong oleh besarnya kebutuhan produk refraktori dari berbagai sektor industri, mulai dari industri smelter, industri besi dan baja, petrokimia, minyak dan gas (migas), semen, kaca, industri pembangkit, pulp dan kertas, makanan dan minuman (mamin, dan lain sebagainya.

Mengutip hasil penelitian 6wresearch.com, pasar refraktori di Indonesia mencatat nilai pertumbuhan pengiriman sebesar 78,34 persen, dari 2020 ke 2021.

"Jadi (produk) refraktori ini adalah bahan tahan api yang digunakan pada berbagai tungku industri, smelter, kiln, reaktor, incinerator, dan sebagainya, yang terpapar oleh suhu yang tinggi," ujar Direktur Utama PT Benteng Api Technic (BAT Refractories), Ridwan, dalam keterangan resminya.

BAT Refractories sendiri, menurut Ridwan, merupakan perusahaan lokal sekaligus pioneer dalam industri refraktori nasional, yang didukung oleh fasilitas produksi dan peralatan uji laboratorium lengkap serta memadai, dalam menghasilkan berbagai macam produk refraktori.

Saat ini, BAT Refractories memiliki dua lini produksi utama, yaitu Bata Tahan Api (Fire Brick) dengan kapasitas produksi hingga 500 Ton per bulan, dan lini produksi Monolitic Refractory, yang memproduksi berbagai jenis Bahan Tahan Api, seperti Semen Castable dan Gunning, Plastic Refractories, Semen Mortar Tahan Api dan lain-lain, dengan kapasitas produksi mencapai 800 ton per bulan.

"Pasar Indonesia saat ini masih didominasi produk impor untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat di pasar refraktori. Nilai impornya di 2021 mencapai USD204,63 juta, dari hanya USD151,06 juta pada 2017 lalu," tutur Ridwan.

Pasar refraktori di Indonesia diperkirakan akan mencatat CAGR sebesar 4,3 persen selama periode 2020 hingga 2026 mendatang.

Peningkatan produksi besi dan baja ditambah dengan meningkatnya permintaan akan konservasi energi telah diidentifikasi sebagai salah satu pendorong utama meningkatnya pasar refractori di Indonesia.

Namun, Ridwan menegaskan bahwa pasar refraktori Indonesia saat ini masih didominasi oleh produk-produk impor, terutama dari China, Korea Selatan, Thailand, Australia, Jepang, dan lain-lain.

"Selain mengandalkan dua lini produksi, kami juga didukung oleh Team Engineering dan Team Construction yang sangat berkompeten dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, dalam berbagai jenis pekerjaan Refraktori dan Insulasi tahan panas maupun dingin," ungkap Ridwan.

Ridwan melanjutkan, potensi kebutuhan produk refraktori dan insulasi akan terus meningkat seiring dengan kebijakan pemerintah terkait pembatasan ekspor bahan baku mineral yang memicu munculnya berbagai industri smelter, seperti Nickel Smelter, Alumina Smelter, Cooper Smelter dan industri penunjang lainnya.

Pembangunan proyek IKN juga akan meningkatkan kebutuhan Besi dan Baja di Indonesia yang sangat besar sehingga akan meningkatkan kebutuhan Refraktori pada berbagai Industri pengolahan besi dan baja.

Melihat data-data itu, Ridwan menyatakan, permintaan produk Refraktori dan Insulasi di Indonesia kedepan akan semakin besar, sedangkan perusahaan lokal yang bergerak di bidang tersebut masih relatif sedikit.

Salah satunya adalah BAT Refractories selaku Perusahaan lokal dan pionir di Industri refraktori yang telah siap dengan berbagai Sumber Daya yang telah dimiliki.

"Sejalan dengan itu, BAT Refractories akan terus mengembangkan berbagai fasilitas dan berbagai sumber daya Perusahaan untuk terus meningkatkan kapasitas, kualitas dan daya saing produk dan jasa nya sehingga bisa mengambil alih pasar Refraktori nasional yang masih didominasi oleh produk impor, dan lebih luas lagi untuk merambah ke pasar internasional," papar Ridwan.

Ridwan menambahkan, pertumbuhan akan kebutuhan produk dan jasa di bidang refraktori dan insulasi juga diperkirakan akan terus meningkat, mengikuti pertumbuhan berbagai macam industri di dalam negeri, seperti industri smelter, semen, pembangkit listrik, besi dan baja, pupuk dan petro kimia, migas, mamin, dan lain–lain.

Hal tersebut karena produk refraktori adalah salah satu bagian vital dalam proses operasional sebuah industri yang dalam proses produksi nya memerlukan panas dan energi.

"Adanya kebijakan penerapan TKDN oleh pemerintah juga memberikan peluang yang semakin besar bagi produsen lokal Indonesia untuk smakin memberikan kontribusi nya dalam memenuhi kebutuhan Refraktori dalam negeri, termasuk BAT Refractories," tegas Ridwan. (TSA)

SHARE