ECONOMICS

Pasokan Melimpah, Ini yang Dibutuhkan Sistem Kelistrikan Nasional

10/01/2024 13:40 WIB

kelebihan pasokan listrik di Indonesia telah terjadi sejak 2015 dan diprediksi masih akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

Pasokan Melimpah, Ini yang Dibutuhkan Sistem Kelistrikan Nasional (foto: MNC media)

IDXChannel - Pasokan listrik nasional saat ini sudah demikian berlimpah, sehingga dibutuhkan sebuah sistem penyimpanan energi agar dapat menyeimbangkannya dengan kebutuhan di masyarakat.

Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Teknik Kimia, Prof Imam Prasetyo, dalam pidato pengukuhannya, di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Selasa (9/1/2024).

Menurut Imam, kelebihan pasokan listrik di Indonesia telah terjadi sejak 2015 dan diprediksi masih akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara proyeksi permintaan dengan realisasi yang ada di masyarakat.

Ada aspek keandalan atau jaminan ketersediaan energi, sebagai sesuatu yang patut disyukuri. Namun dari sisi ekonomi, kondisi ini menyebabkan kerugian yang cukup membebani keuangan negara.

"Kondisi ini berdampak pada investasi energi baru terbarukan karena kondisi ini secara otomatis akan menjadikan tertutupnya ruang pengembangannya. Dalam kondisi ini, pemerintah kemungkinan besar akan mengambil sikap pragmatis, yaitu dengan memprioritaskan sumber energi yang sudah ada," ujar Imam, dalam pidatonya.

Pidato yang disampaikan Imam berjudul Material Karbon Nanopori dan Masa Depan Pengembangan  Perangkat Penyimpan Energi Definisi Material Karbon Nanopori.

Menurut Imam, kelimpahan pasokan listrik bisa dihindari jika dalam perencanaan pembangunan pembangkitan listrik tersebut melibatkan keberadaan sistem energy storage yang terintegrasikan di dalamnya.

Ketersediaan unit utilitas energy storage yang efisien dan handal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pembangkitan energi di masa depan.

Sistem penyimpan energi serta kebutuhan mengintegrasikan sumber energi terbarukan dalam sistem pembangkit tenaga listrik, pembangunan sektor energi suatu negara akan menghadapi berbagai tantangan dan sekaligus memberikan peluang.

Saat ini Imam sedang meneliti bersama Grup Riset Karbon Departemen Teknik Kimia UGM terkait material untuk pengembangan perangkat energy storage dari material karbon nanopori yang memiliki ukuran pori lebih kecil dari 100 nano meter dengan struktur pori hierarkis dan membentuk jaringan pori yang terinterkoneksi, serta luas permukaan spesifik yang besar.

Dalam aplikasinya, partikel karbon tersebut dapat berbentuk serbuk halus, granular, pellet atau dicetak dalam bentuk blok.
 
Riset karbon nanopori diharapkan secara tidak langsung akan memacu pengembangan dan inovasi teknologi perangkat penyimpan energi lainnya seperti baterai, superkapasitor, fuel cell, serta adsorptive Hydrogen-storage.

"Baterai, superkapasitor, fuel cell dan adsorptive Hydrogen-storage merupakan perangkat energy storage yang penting dan memainkan peran yang sangat strategis dalam proses elektrifikasi," tutur Imam.

Meski masih tahap penelitian, riset unit utilitas penyimpan energi dalam pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu solusi penting untuk mengelola kelimpahan pasokan energi listrik.

Sistem penyimpan energi ini dapat dioptimalkan dengan melakukan hibridisasi antara perangkat penyimpan energi dengan perangkat elektrolisis. 
Energi listrik yang tidak tertampung dalam perangkat penyimpan energi dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses elektrolisis air sehingga dihasilkan gas hidrogen yang siap untuk dikonversi menjadi energi.

"Pengembangan sistem energy storage diharapkan bisa mengakselerasi perluasan akses pembangunan elektrifikasi, di samping peningkatan cakupan pemanfaatan energi baru terbarukan sehingga ketergantungan terhadap energi fosil dan dampak ekologis yang ditimbulkan oleh energi fosil dapat dikurangi," tegas Imam. (TSA)

SHARE