ECONOMICS

PDB Jepang Tumbuh 6 Persen di Kuartal II-2023, Sinyal Positif Ekonomi Asia?

Maulina Ulfa - Riset 15/08/2023 09:52 WIB

Perekonomian Jepang tumbuh melebihi ekspektasi pasar pada Selasa (15/8/2023).

PDB Jepang Tumbuh 6 Persen di Kuartal II-2023, Sinyal Positif Ekonomi Asia? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Perekonomian Jepang tumbuh melebihi ekspektasi pasar pada Selasa (15/8/2023). Kenaikan ini didorong oleh ekspor yang kuat yang merupakan tanda bahwa pemulihan ekonomi tetap berada di jalur yang tepat.

Produk domestik bruto (PDB) Jepang tumbuh sebesar 6 persen secara tahunan dan menandai pertumbuhan terkuat sejak kuartal terakhir tahun 2020.

Angka tersebut melebihi perkiraan ekonom yang memperkirakan pertumbuhan 2,9 persen. Dari kenaikan ini, ekspor bersih menyumbang 1,8 poin persentase terhadap perkiraan ekspansi versus konsensus sebesar 0,9 poin. (Lihat grafik di bawah ini.)

Data terbaru tersebut menambah tanda bahwa ekonomi terbesar ketiga di dunia itu terus pulih dari pandemi. Kondisi Jepang bahkan melebihi kondisi ekonomi di AS, China, dan Eropa.

Pertumbuhan ini juga konsisten dengan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), yang baru-baru ini menaikkan prospek pertumbuhan 2023 untuk Jepang menjadi 1,4 persen.

Meski demikian, pertumbuhan ini tetap perlu diwaspadai karena sebagian besar pertumbuhan berasal dari permintaan eksternal.

"Dibandingkan dengan periode Januari-Maret, aktivitas konsumsi telah melemah. Kenaikan harga semakin menyebabkan konsumen menunda membeli barang,” kata Harumi Taguchi, kepala ekonom di S&P Global Market Intelligence.

Data perdagangan menunjukkan bahwa ekspor Jepang tetap tangguh selama kuartal kedua tahun ini, dipimpin oleh pengiriman mobil ke AS dan Eropa.

Meningkatnya jumlah pelancong yang masuk, juga berkontribusi pada komponen ekspor bersih PDB. Pariwisata memberikan dorongan ekonomi yang besar setelah pemerintah Jepang mencabut kontrol pembatasan akibat Covid-19 pada akhir April.

Jumlah pengunjung asing telah pulih lebih dari 70 persen dari tingkat pra-pandemi per Juni, menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang.

Pengeluaran pariwisata ini diharapkan memberikan dorongan yang lebih besar untuk laporan Agustus setelah China mencabut larangan perjalanan minggu lalu.

Diketahui turis China menyumbang lebih dari 1 triliun yen dalam pengeluaran pariwisata pada tahun 2019.

“Ekspor dapar menjadi masalah dan menutupi kondisi sulit permintaan domestik. Penurunan konsumsi mencerminkan dampak upah yang tertinggal jauh di belakang inflasi,” kata ekonom Taro Kimura dikutip Bloomberg, Selasa (15/8).

Pengeluaran modal bisnis di Jepang juga dilaporkan mendatar dibandingkan perkiraan kenaikan 0,4 persen sementara konsumsi swasta secara tak terduga menurun.

Tanda-tanda pelemahan dalam negeri tersebut dapat meredam spekulasi pasar bahwa Bank of Japan akan menghindari pemberian stimulus untuk meningkatkan sektor bisnis. Hal ini karena Gubernur Kazuo Ueda melihat ketidakpastian di pasar luar negeri dalam komentarnya baru-baru ini.

Jepang sendiri merupakan salah satu mitra dagang utama RI. Neraca perdagangan RI dengan Jepang periode April mengalami surplus USD2,3 miliar. Adapun ekspor sepanjang periode Januari-April tahun ini mencapai USD1,5 miliar. Struktur ekspor RI ke Jepang didominasi sektor industri dan sektor pertambangan. (ADF)

SHARE