PDB Negara OECD Melambat di Q3, Dampak Perang hingga Lesunya Ekspor Impor
Tingkat pertumbuhan PDB di negara OECD tetap lemah secara triwulanan selama tiga kuartal terakhir.
IDXChannel - Produk domestik bruto (PDB) di negara anggota OECD naik 0,4% secara kuartal-ke-kuartal (QoQ) pada kuartal ketiga tahun ini, berdasarkan perkiraan sementara yang dirilis Selasa (22/11).
Kondisi ini menunjukkan, tingkat pertumbuhan PDB di negara OECD tetap lemah secara triwulanan selama tiga kuartal terakhir.
Di antara negara-negara G7, PDB Amerika Serikat (AS) tumbuh sebesar 0,6% pada Q3 2022, mengingat AS mengalami kontraksi pada dua kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan PDB juga tercatat meningkat di Jerman menjadi 0,3%, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya bertumbuh 0,1%.
Namun, perlambatan terjadi di Italia dengan pertumbuhan PDB mencapai 0,5%, dibandingkan dengan 1,1% pada kuartal sebelumnya.
Adapun Kanada juga melambat menjadi 0,4%, dibandingkan dengan 0,8% para periode sebelumnya dan Prancis melambat menjadi 0,2% dibandingkan dengan 0,5%.
Pertumbuhan PDB turun di Jepang mengalami minus 0,3%, dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 1,1%. Penurunan yang dalam juga terjadi di Inggris yang mengalami minus 0,2%, dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 0,2% periode sebelumnya.
Akibat Perang hingga Lesunya Ekspor-Impor
Turbulensi dalam perdagangan internasional adalah faktor utama yang mendasari perubahan pertumbuhan PDB di Q3 2022 terhadap empat negara G7. Padahal, empat negara ini telah menerbitkan estimasi PDB awal secara terperinci.
Di Amerika Serikat (AS), ekspor bersih, yakni ekspor dikurangi impor, telah mendorong pengembalian pertumbuhan. Kondisi ini mencerminkan peningkatan ekspor barang sebesar 4% dan penurunan impor barang sebesar 2,3%.
Inggris mengalami peningkatan ekspor bersih karena peningkatan ekspor barang yang kuat sebesar 14,7% dan penurunan impor barang sebesar 5,0%. Namun kondisi ini diimbangi oleh penurunan permintaan domestik yang cukup tajam.
Sebaliknya, di Prancis dan Jepang, ekspor bersih menjadi penghambat utama pertumbuhan PDB.
Di Prancis, impor meningkat lebih dari ekspor pada Q3, tetapi permintaan domestik menjaga pertumbuhan tetap positif. Hal ini didorong oleh peningkatan investasi dan inventory investment (restocking).
Di Jepang, penurunan ekspor bersih yang didorong oleh peningkatan yang kuat dalam impor jasa mendorong PDB tumbuh lebih rendah.
Dari negara-negara OECD yang paling dekat dengan perang di Ukraina, pertumbuhan di Polandia pulih pada kuartal ketiga. Negara yang baru saja terkena serangan rudal nyasar ini mengalami peningkatan PDB sebesar 0,9%, menyusul kontraksi sebesar 2,4% pada Q2 2022.
Namun, PDB berkontraksi di beberapa negara tetangga Ukraina-Rusia, yakni Latvia minus 1,7%, Slovenia minus 1,4% dan Hungaria minus 0,4%.
Pertumbuhan PDB tetap tidak berubah di Republik Slovakia untuk kuartal keempat berturut-turut sebesar 0,3% dan sedikit meningkat di Lituania menjadi 0,4% di Q3 2022, dari sebelumnya 0,3% di Q2 tahun yang sama.
Di antara negara-negara OECD lainnya yang memiliki ketersediaan data, Meksiko mencatat pertumbuhan PDB terkuat, yakni mencapai 1,8%. Kemudian diikuti Kolombia sebesar 1,6% dan Norwegia sebesar 1,5%. Sedangkan PDB mengalami kontraksi di Chile dengan mencatatkan minus 1,2%.
Pada Q3 2022, PDB di wilayah OECD melampaui level sebelum pandemi yakni sebesar 3,7% pada Q4 2019.
Namun, PDB di Inggris menjadi terburuk dengan minus 0,4% di bawah tingkat pra-pandemi pada kuartal ketiga tahun 2022. Kondisi ini diperburuk dengan krisis yang terjadi di negara tersebut serta tingginya inflasi.
Hal ini mencerminkan kondisi ekonomi negara-negara maju masih belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19. Ditambah, perdagangan global yang melambat serta perang Rusia-Ukraina yang tak hanya berdampak bagi kedua negara, namun juga negara di sekitarnya. (ADF)