Pelaku eCommerce Dituding Monopoli Jasa Kurir, Begini Respons Pengamat
pihak konsumen justru diuntungkan, karena rantai pasok pengiriman barang jadi lebih efisien lantaran terhubung antara eCommerce dan penyedia jasa ekspedisi.
IDXChannel - Tudingan atas praktik monopoli oleh para pelaku industri ecommerce terhadap layanan jasa kurir yang digunakan terus bergulir.
Namun demikian, bagi para pelaku ecommerce, aktivitas yang dilakukan adalah bentuk sistem integrasi vertikal yang menggabungkan platform belanja online dengan layanan jasa kurir.
"Praktik integrasi vertikal ini pada dasarnya lazim lakukan oleh para pemain eCommerce untuk memudahkan proses pengiriman barang dari platform belanja," ujar Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, dalam keterangan resminya.
Menurut Nailul, praktik integrasi vertikal ini pada dasarnya merupakan bentuk kerja sama antara satu pihak perusahaan dengan perusahaan lain yang memiliki lini bisnis dalam satu proses produksi atau distribusi.
Dengan konsep kerja sama tersebut, Nailul menilai bahwa pihak konsumen justru diuntungkan, karena rantai pasok pengiriman barang jadi lebih efisien lantaran terhubung antara eCommerce dan penyedia jasa ekspedisi.
"Apakah kemudian sistem integrasi vertikal ini menyalahi aturan? Justru menurut saya sah-sah saja. Karena toh hampir semua pemain ecommerce memberikan kesempatan kepada seller untuk memilih perusahaan ekspedisi yang tersedia dan telah resmi bekerja sama," tutur Nailul.
Hal serupa, Nailul menjelaskan, juga terbuka bagi pihak buyer atau pengguna/pembeli yang memiliki kebebasan dalam memilih perusahaan logistik mana yang akan mereka gunakan.
Penjelasan ini, dikatakan Nailul, sekaligus menjawab rencana Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang ingin mendalami dugaan monopoli Lazada dan Shopee.
"Pemilihan kurir bisa kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli. Jadi unsur mematikan usaha ecommerce/merchant/jasa kurir lainnya ini yang menurut saya harus dibuktikan oleh KPPU. Saya sih menduga tidak bisa membuktikan karena pasar yang masih terbuka luas," ungkap Nailul.
Nailul pun berpendapat, dugaan monopoli yang belakangan menjadi pembicaraan, perlu pembuktian. Sebab, Lazada, Shopee dan platform eCommerce lainnya, seperti Tokopedia, Blibli, dan TikTok Shop, hampir menggunakan strategi yang sama, yaitu sistem integrasi vertikal pada platform. Sistem itu memungkinkan perusahaan ekspedisi terafiliasi ikut bermain dalam bisnis pengiriman barang.
"Kita lihat, Shopee mempunyai Shopee Express, di mana pengiriman barang di platform Shopee melalui Shopee Express. Di menu pengiriman pun kita tidak memiliki pilihan untuk mengambil jasa kurir lainnya. Semuanya by sistem oleh Shopee begitu pun dengan beberapa platform lainnya," papar Nailul.
Seperti halnya Shopee, ecommerce bernuansa oranye itu, menampilkan berbagai pilihan berdasarkan kategori harga, kecepatan dan kapasitas layanan pengiriman.
Namun, pembeli masih dapat mengganti perusahaan logistik yang tersedia berdasarkan kategori yang mereka pilih setelah checkout, sebelum penjual mengirimkan barang. Begitu juga di Tokopedia, Lazada dan Tiktok Shop.
Nama perusahaan logistik tidak tercantum dalam pilihan pertama layanan pengiriman. Hanya tersedia pilihan kategori Instant, Reguler, Same Day, Ekonomi/Hemat hingga Kargo berikut tarif pengiriman. (TSA)