ECONOMICS

Pelemahan Rupiah Berpotensi PHK Massal, Menperin: Ketahanan Industri Tetap Tinggi

Muhammad Farhan 25/06/2024 16:00 WIB

Menperin mengatakan ketahanan industri dan manufaktur akan tetap tinggi. Meskipun dampak pelemahan mata uang Rupiah dapat berakibat PHK.

Pelemahan Rupiah Berpotensi PHK Massal, Menperin: Ketahanan Industri Tetap Tinggi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang, mengatakan ketahanan industri dan manufaktur akan tetap tinggi. Meskipun dampak pelemahan mata uang Rupiah dapat berakibat pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Menperin menyakini sektor industri dan manufaktur tidak akan mengalami ancaman atas PHK dalam lapangan pekerjaan. "Terkait dengan pelemahan rupiah, industri atau maufaktur resilience (bertahan) pada dasarnya seperti itu," ujar Agus kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (24/6/2024).

Agus mengatakan meski pelemahan kurs rupiah tersebut memiliki tantangan tersendiri, dirinya tidak memandang kondisi tersebut menjadi ancaman bagi lapangan pekerjaan sektor manufaktur. "Memang ada tantangan tapi saya kira ketahanan kita tetap tinggi," kata Agus.

Rupiah sempat ditutup melemah 0,12% di angka Rp16.445 per dolar AS pada, Jumat (21/6/2024). Bahkan rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.475 per dolar AS.

Meski begitu, kinerja mata uang Rupiah menguat di bawah level 16.400 atau tepatnya di level 16.390 per dolar AS pada hari ini, Senin (24/6/2024).

Sepanjang hari, Rupiah bergerak sangat volatile dan penguatan Rupiah juga tidak hanya terjadi pada pasar keuangan di tanah air. Di pasar NDF offshore, Rupiah juga terpantau mengalami penguatan di bawah 16.400 per US Dolar.

"Penguatan rupiah pada perdagangan hari ini menjadi salah satu penguatan mata uang yang terbaik di Asia. Ada banyak faktor penguatan Rupiah, namun saya menilai yang paling dominan dikarenakan oleh Bank Indonesia yang aktif di pasar. Padahal, mata uang Rupiah sempat mengalami pelemahan di level 16.470 per US Dolar," kata Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin.

(FRI)

SHARE