ECONOMICS

Pemanfaatan Medsos Penting Bagi UMKM Tembus Pasar Ekspor

Taufan Sukma/IDX Channel 02/12/2023 19:22 WIB

negara-negara di Asia dan Afrika saat ini cenderung didominasi oleh warga negara berusia muda, sehingga tingkat pembelian produknya juga jauh lebih tinggi.

Pemanfaatan Medsos Penting Bagi UMKM Tembus Pasar Ekspor (foto: MNC Media)

IDXChannel - Keberadaan media sosial (medsos) dan digital dinilai memiliki peran strategis untuk bisa dimanfaatkan para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya.

Tak terkecuali dalam menjangkau pasar luar negeri, yang tentunya membutuhkan modal dan effort yang cukup besar bila harus dijangkau melalui strategi marketing konvensional.

"Poin pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui target market audience yang berpotensi membeli produk yang akan kita jual," ujar Konsultan Bisnis Digital Bisnis, Tuhu Nugraha, dalam webinar Strategi Memulai Bisnis Ekspor from Zero to Hero, Sabtu (2/12/2023).

Dalam diskusi yang digelar oleh REQSpace bekerjasama dengan REQComm tersebut, Tuhu mengingatkan pelaku UMKM untuk tidak terjebak pada pola pikir (mindset) bisnis yang terpaku pada negara-negara tujuan ekspor yang telah mainstream.

"Ngapain sih kita mindsetnya harus negara negara mainstream, Eropa, Amerika, Jepang. Padahal tujuan ekspor itu bermacam-macam. Afrika itu butuh produk yang kualitasnya tidak harus terbaik, dan juga soal regulasi pasti mereka tidak serepot dan seribet saat Anda ingin mengirim barang ke Eropa," ujar Tuhu.

Keribetan tersebut, Tuhu menjelaskan, memang sengaja dilakukan oleh pemerintah negara-negara Eropa demi melindungi kelangsungan bisnis produk lokal mereka.

Pasalnya, warga negara dari negara-negara tersebut kini lebih banyak lansia, sehingga dari segi tingkat konsumsi produk juga otomatis jadi lebih rendah.

Sehingga, produk lokal dari negara tersebut terpaksa harus berebut pasar yang semakin sempit tersebut dengan produk-produk impor, termasuk dari Indonesia.

Sebaliknya, negara-negara di Asia dan Afrika saat ini cenderung didominasi oleh warga negara berusia muda, sehingga tingkat pembelian produknya juga jauh lebih tinggi.

Artinya, mereka tidak lagi takut bersaing dengan produk impor, dan justru membutuhkan pasokan produk yang secara volume sulit untuk mereka cukupi dengan hanya mengandalkan produk lokal.

"Karena itu Saya setuju bahwa setiap produk memiliki segmennya masing-masing. Tidak harus selalu jadi yang terbaik. Yang penting laku dan murah," tutur Tuhu.

Setelah mengetahui siapa target audience, dikatakan Tuhu, selanjutnya yang dibutuhkan adalah membuat cerita dan narasi terkait produk yang akan dipromosikan tersebut.

Cerita dan narasi tersebut harus dibuat semenarik mungkin, agar dapat menarik minat para pembeli dari negara yang telah dibidik.

"emudian visualnya juga yang bagus. Ini jadi penting bagi produk ekspor. Apalagi kita tidak langsung bertemu dengan pembeli, sehingga mereka ya hanya melihat dari visualnya saja. Bagaimana mereka bisa tertarik kalau visualnya tidak bagus," ungkap Tuhu.

Bahkan di jaman sekarang ini, Tuhu mengatakan bisa membuat desan menggunakan AI atau Artificial Intelligence dengan mudah. 

"Jadi sekarang itu tinggal bagaimana kita menciptakan story yang menarik. Memahami produk kemudian dijual dengan pengemasan seperti apa. Kemudian branding, ini harus konsisten. Interaktif dan mengajak berpartisipasi ini menjadi penting, untuk meningkatkan alogaritma," urai Tuhu.

Selanjutnya, membuat konten yang relevan dengan produk yang dipasarkan, mengetahui apa yang dibutuhkan pasar, memiliki tujuan yang jelas dan mempelajari isu yang ada dj negara target ekspor.

"Channel kita gimana, sosial media kita seberapa, website kita seperti apa, kita akan mengikuti audiencenya, bukan mereka yang mengikuti apa yang kita punya. Kekuatan story telling menjadi penting, untuk meyakinkan orang-orang di sosial media serta bisa memperluas pasar," papar Tuhu.

Tuhu mengatakan bahwa dengan adanya digitaliasai, semua orang mempunyai informasi yang lebih lengkap yang artinya persaingan pun lebih banyak.

"Kalau jaman dulu informasinya susah, tapi kalo usah nembus gampang. Tapi sekarang nembusnya gampang, tapi bertahannya susah. Untuk bisa bertahan harus punya branding yang kuat, konsistensi produk untuk buyer, konsistensi narasi dan jadwal posting," tegas Tuhu. (TSA)

SHARE