ECONOMICS

Pemerintah Pastikan Produsen Kendaraan Listrik Dunia Masih Butuhkan Nikel

27/01/2024 19:32 WIB

Tesla disebut telah 100 persen menggunakan bahan baku pengganti nikel, yaitu lithium ferro phosphate (LFP), untuk kendaraan listrik hasil produksinya.

Pemerintah Pastikan Produsen Kendaraan Listrik Dunia Masih Butuhkan Nikel (foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memastikan bahwa komoditas nikel masih sangat dibutuhkan bagi ekosistem kendaraan listrik dunia.

Hal ini menjawab perdebatan yang mengemuka dalam beberapa waktu terakhir, di mana salah satu pabrikan utama kendaraan listrik dunia, Tesla, disebut telah sepenuhnya meninggalkan nikel sebagai bahan baku baterai.

Sebagai pengganti, Tesla disebut telah 100 persen menggunakan bahan baku pengganti nikel, yaitu lithium ferro phosphate (LFP), untuk kendaraan listrik hasil produksinya.

"Tidak benar itu. Mereka masih tetap menggunakan nickel based battery. Jadi, seperti suplai nickel based battery itu dilakukan oleh LG Korsel untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai," ujar Menteri Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan,  lewat akun instagram resminya, @luhut.pandjaitan, Kamis (25/1/2024). 

Meski begitu, Luhut tak menampik bahwa hadirnya LFP sebagai salah satu bahan baku baterai alternatif pengganti nikel perlu untuk dipantau dicermati lebih mendalam.

Salah satunya, dengan status sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia disebut Luhut wajib mendorong hilirisasi, agar pemanfaatan komoditas nikel dapat lebih maksimal, serta mampu bersaing dalam jangka panjang.

"Memang satu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini makin berkurang penggunaannya. Sebabnya, kita juga harus genjot, tapi dengan tadi yang terukur. Sekarang ini kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan banyak lagi bagian dari lithium battery kita sudah sangat maju, yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lagi kepada ekspor raw materials-nya tadi," tutur Luhut.

Luhut menekankan lithium battery yang berbasis nikel bisa didaur ulang. Hal tersebut menjadi salah satu poin kelebihan dibanding baterai berbasis LFP yang sejauh ini diketahui belum bisa didaur ulang.

"Ingat, lithium battery itu bisa recycling, sedangkan tadi yang LFP itu tidak bisa recycling, sampai hari ini. Tapi sekali lagi, teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan China maupun dengan lain-lain," tegas Luhut. (TSA)

SHARE