Pemerintah Yakin Sampah Plastik di Laut Turun 70 Persen pada 2025
target penurunan sebesar 70 persen didasarkan pada data 2018, di mana volume kebocoran sampah ke laut Indonesia pada tahun itu tercatat mencapai 615.675 ton.
IDXChannel - Pemerintah yakin bakal mampu mencapai target penurunan sampah plastik di laut hingga mencapai 70 persen pada 2025 mendatang.
Keyakinan tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rofi Alhanif.
"Kami masih optimistis lah. Dengan kolaborasi bersama semua pihak terkait, kami optimistis," ujar Rofi, usai media briefing jelang acara ASEAN Conference for Combatting Plastic Pollution (ACCPP), pada Senin (16/10/2023).
Menurut Rofi, angka target penurunan sebesar 70 persen tersebut didasarkan pada data 2018, di mana volume kebocoran sampah ke laut Indonesia pada tahun itu tercatat mencapai 615.675 ton.
Sementara pada akhir 2022 lalu, volume kebocoran tersebut telah jauh berkurang, menjadi 217.702 ton.
Artinya, telah terjadi pengurangan kebocoran volume sampah plastik ke laut hingga mencapai 36 persen.
"Artinya masih tiga tahun lagi, karena 2023 kan belum dihitung. Jadi dalam tiga tahun ke depan, harusnya sih bisa tercapai. Kami optimistis bisa tercapai," tutur Rofi.
Rofi menjelaskan, pemerintah akan menggunakan ASEAN Conference for Combatting Plastic Pollution sebagai bagian dari kolaborasi untuk mengurangi sampah laut Indonesia, guna mewujudkan target 70 persen tersebut.
Rofi juga menekankan bahwa upaya mengurangi sampah plastik membutuhkan kolaborasi multipihak, tidak hanya pekerjaan pemerintah saja.
Pelaku industri, masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya, kata Rofi, juga memiliki tanggung jawab untuk mengurangi sampah plastik di laut.
"Dengan event-event seperti ini (ACCPP), kami mengundang para industriawan, praktisi, dan sebagainya, harapannya kami satu pemahaman, bisa saling berbagi pengalaman," ungkap Rofi.
Ke depan, Rofi berharap agar negara-negara anggota ASEAN dapat memiliki satu pemahaman dan saling berbagi pengalaman. Selain Rofi, ia juga menyoroti perbedaan antara negara-negara berkembang dengan negara yang sudah maju.
ASEAN yang mayoritas anggotanya adalah negara-negara berkembang, lanjut Rofi, memiliki kondisi perekonomian dan kedisiplinan yang berbeda dengan negara-negara maju.
Karenanya, Rofi meyakini bahwa negara-negara ASEAN harus memiliki posisi yang pasti terkait permasalahan ini dan tidak meniru negara-negara maju secara mentah-mentah.
"Ini (penggunaan plastik) masuk dalam ekonomi kita, berkembangnya industri dan segala macam," pungkas Rofi. (TSA)