ECONOMICS

Pengamat: Kalau Padat, Usahakan Naik KRL Saat Lowong

Azhfar Muhammad 06/12/2021 13:57 WIB

Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan, aturan prokes harus lebih diperketat lagi.

Pengamat: Kalau Padat, Usahakan Naik KRL Saat Lowong. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Mulai landainya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 membuat mobilitas masyarakat perlahan pulih. Namun, risiko penularan bisa kembali terjadi di tengah padatnya jumlah penumpang akibat posisi yang berdesakan.

Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan, aturan prokes harus lebih diperketat lagi. Dia mengharapkan penumpang yang ingin naik ke KRL bisa memilih kereta yang lebih lowong.

“Saya rasa pihak KAI  dan juga operator sudah melakukan berbagai Antisipasi namun perlu diperketat lagi terutama dalam penertiban penumpang saat hendak, naik kereta. Di luar itu, kesadaran penumpang juga dibutuhkan. Kalau padat, usahakan naik krl di jam-jam lowong,” urai Djoko saat dihubungi MNC PORTAL, Senin (6/11/2021).

Anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini menilai pengetatan protokol kesehatan di KRL sudah ditegakkan oleh operator. Meski demikian, langkah ini harus ditingkatkan lagi mengingat padatnya penumpang di dalam kereta.

“Angkutan transportasi khususnya KRL Sudah beroperasi sebanyak 80 persen dan sekarang okupansinya sudah meningkat terlebih pada pagi hari dan jam-jam ramai. Dan Harusnya aturan di KAI terkait Prokes harus ditekankan lagi,” tambahnya.

Adapun, kata Djoko, pembatasan kursi atau jok penumpang sudah diterapkan, namun petugas KAI idealnya memberikan arahan kepada penumpang.

“Kan sebenarnya protokolnya sudah di atur dari 80 persen total penumpang. Jadi  Pihak KCI juga harus bisa memaksimalkan petugasnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, untuk kapasitas  80 Persen tersebut dapat dimaksimalkan dengan pengetatan protokol kesehatan yang disesuaikan.

“Masyarakat dihimbau untuk lebih aware dan peduli Terhadap protokol kesehatan di dalam moda transportasi  sehingga ancaman kasus varian baru Omicron tidak masuk ke Indonesia,” pungkasnya. (TYO)

SHARE