Penjualan Semen di Kalimantan Merosot 21,8 Persen, Efek Perlambatan Proyek IKN?
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat penurunan signifikan atas penjualan semen di wilayah Kalimantan selama tiga bulan pertama tahun ini.
IDXChannel – Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat penurunan signifikan atas penjualan semen di wilayah Kalimantan selama tiga bulan pertama tahun ini. Penurunannya mencapai 21,8 persen pada kuartal I-2025, menjadi yang terdalam secara nasional.
“Penjualan semen di seluruh wilayah Indonesia mengalami tren penurunan, dimana penurunan terbesar terjadi di Kalimantan sebesar 21,8 persen,” kata Ketua ASI, Lilik Unggul Raharjo belum lama ini, dikutip Minggu (15/6/2025).
Lilik menilai pelemahan tersebut tak lepas dari melambatnya pembangunan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Bukan tanpa alasan, asosiasi melihat hal tersebut sebagai imbas dari efisiensi anggaran.
“Penurunan di Kalimantan ini tak lepas dari melambatnya proyek IKN akibat pemotongan anggaran oleh pemerintah,” ujarnya.
Selain Kalimantan, wilayah lain yang mencatat penurunan signifikan antara lain Bali–Nusa Tenggara sebesar 15,2 persen dan Sulawesi sebesar 13,9 persen. Di Jawa, penurunan tercatat sebesar 6 persen, Maluku–Papua 4,4 persen, dan Sumatera 0,2 persen.
Sedianya proyek pembangunan IKN menjadi salah satu motor penggerak konsumsi semen di Kalimantan. Selain hal tersebut, ASI juga menyoroti penurunan konsumsi akibat pelemahan daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi.
Secara total, volume penjualan semen nasional pada periode Januari–Maret 2025 hanya mencapai 13,4 juta ton, atau menurun 7,4 persen dibandingkan triwulan pertama tahun lalu. Di bulan Maret saja, volume anjlok 21,6 persen dibandingkan Maret 2024.
Kondisi tersebut menambah tekanan terhadap industri semen nasional yang masih bergelut dengan isu overkapasitas. Tingkat utilisasi pabrik secara nasional tercatat hanya sekitar 56,5 persen pada 2024.
“Diperkirakan tahun ini menjadi tahun yang sangat berat bagi industri semen untuk mencapai pertumbuhan positif mengingat kondisi ekonomi global yang masih belum menentu sementara di dalam negeri masih menghadapi masalah excess-capacity,” ujarnya.
(Ahmad Islamy Jamil)