ECONOMICS

Penularan Covid Masih Tinggi, Eks Direktur WHO Rekomendasi PPKM Level 4 Dilanjutkan

Binti Mufarida 25/07/2021 10:31 WIB

Belum ada keputusan resmi apakah PPKM akan dilanjutkan atau dilonggarkan.

Belum ada keputusan resmi apakah PPKM akan dilanjutkan atau dilonggarkan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jawa-Bali akan berakhir hari ini, 25 Juli 2021. Namun, kini belum ada keputusan resmi akan dilanjutkan atau dilonggarkan.

Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengingatkan penularan Covid-19 masih tinggi. Ia pun menyarankan PPKM untuk pembatasan sosial disarankan untuk dilanjutkan.  

Apalagi, kata Tjandra yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengungkapkan bahwa positivity rate Covid-19 di Tanah Air masih tinggi sekitar 25%. Dan jika berdasarkan dari pengetesan polymerase chain reaction (PCR) angkanya masih lebih dari 40%.  

“Positivity rate dalam beberapa hari terakhir masih sekitar 25%. Bahkan kalau berdasar PCR maka angkanya lebih dari 40%. Itu juga berhadapan dengan varian Delta yang angka reproduksinya (Ro atau mungkin Rt) nya dapat sampai 5,0 - 8,0,” ungkap Tjandra dalam keterangan yang diterima, Minggu (25/7/2021).

Diketahui, angka reproduksi ada dua bagian yakni basic reproduction number (Ro) dan effective reproduction number (Re/Rt). Ro adalah jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus infektif pada populasi sepenuhnya rentan, sedangkan sedangkan Re/Rt adalah jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus terinfeksi pada populasi yang memiliki kekebalan sebagian atau setelah adanya intervensi.

“Artinya potensi penularan di masyarakat masih amat tinggi sekali, sehingga pembatasan sosial masih amat diperlukan untuk melindungi masyarakat kita dari penularan dan dampak buruk penyakit Covid-19,” tegas Tjandra.

Sehingga, kata Tjandra dengan mengikuti anjuran WHO, maka pengetatan pergerakan (Public Health and Social Measure atau PHSM) harus dilakukan lebih ketat. “Yang dianjurkan dari kacamata kesehatan pengetatan atau pembatasan sosial diteruskan, jadi saya setuju dengan melanjutkan pembatasan,” paparnya.

Sementara itu, Tjandra pun mengungkapkan pertimbangan lain agar PPKM dilanjutkan yakni mengenai potensi padatnya fasilitas kesehatan hingga pasien yang tidak tertampung. “Kondisi ini pernah terjadi pada awal Juli lalu, di mana banyak pasien tidak mendapatkan slot penanganan karena terbatasnya kapasitas rumah sakit,” kata Tjandra.

“Memang harus dihitung keseluruhan termasuk beban kesehatan yang kewalahan. Sekarang BOR relatif sudah menurun ini, karena bed ditambah makanya BOR turun. Kalau kasus bisa dikendalikan bagus-bagus aja. Kalau kasus terus bertambah maka bed juga akan penuh,” jelasnya. (TIA)

SHARE