ECONOMICS

Peran Kadin di Balik Turunnya Tarif Impor AS untuk RI

Anggie Ariesta 18/07/2025 00:50 WIB

Baik Kadin maupun Apindo merekomendasikan strategi yang kemungkinan mampu menurunkan tarif impor yang ditetapkan AS kepada Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Saleh Husin, mengungkap berbagai rekomendasi agar AS menurunkan tarif impor untuk Indonesia. Foto: IDX Channel.

IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah memberikan banyak masukan dan rekomendasi kepada pemerintah, sejak awal mula tarif Trump diwacanakan.

Baik Kadin maupun Apindo merekomendasikan strategi yang kemungkinan mampu menurunkan tarif impor yang ditetapkan AS kepada Indonesia.

Rekomendasi ini berfokus pada diversifikasi sumber impor bahan baku dan potensi pembelian produk AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, di samping mencari pasar ekspor baru.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Saleh Husin mengatakan, pada sektor padat karya seperti tekstil, salah satu rekomendasi yang diberikan adalah dengan pengalihan sumber impor bahan baku.

"Contoh tekstil. Tekstil itu kan tentu membutuhkan bahan baku. Bahan baku adalah benang. Benang adalah ujungnya atasnya adalah kapas," ujar Saleh dalam podcast The Fundamentals IDX Channel, dikutip Kamis (17/7/2025).

Selama ini, Indonesia banyak mengimpor kapas dari China. Kadin menyarankan agar sebagian impor kapas ini bisa dialihkan dari AS.

"Kapas yang dari China ini kan kita bisa mengalihkan sebagian impor-nya dari Amerika, misalnya," kata Saleh.

>

Dia menambahkan komunikasi bisnis ke bisnis antara pengusaha garmen dan tekstil Indonesia dengan pemilik merek utama di Amerika Serikat dapat dilakukan untuk menyuplai bahan baku kapas. Menurutnya, langkah ini secara tidak langsung akan meningkatkan trade balance AS.

Selain itu, Kadin juga mengidentifikasi kebutuhan Indonesia akan gas industri atau minyak dan gas. Saleh menyebutkan perbincangannya dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, di mana defisit migas Indonesia mencapai sekitar USD15 miliar. 

Dia mengatakan ada potensi nilai antara USD7 hingga USD9 miliar yang bisa dialihkan pembeliannya dari AS. 

Saleh juga menyoroti produk-produk lain yang diimpor Indonesia dari AS, seperti kedelai dan gandum.

"Kedelai kan kita makanan rakyat kita tapi bahan bakunya mahal. Kedelainya kan dari Amerika bisa lihat itu satu. Terus kedua adalah makan rakyat juga gandum yang jadi Supermi jadi supermi itu impor yang selama ini mungkin dari negara-negara dari Amerika Latin misalnya dari Ukraina atau dari Brasil kan bisa dialihkan dari Amerika," kata dia.

Terakhir, kebutuhan Indonesia sebagai negara kepulauan akan pesawat transportasi, yang selama ini banyak dipasok oleh Boeing, juga menjadi poin negosiasi. Saleh Husin menyiratkan bahwa potensi pengalihan ke Airbus bisa menjadi bargaining chip.

Adapun saat ini telah ada pengumuman terbaru mengenai penurunan tarif dari 32 persen menjadi 19 persen. 

"Masukan-masukan dari Kadin mencerminkan upaya awal sektor swasta dalam merespons dinamika kebijakan perdagangan AS dan menunjukkan fleksibilitas Indonesia dalam mencari solusi demi kepentingan nasional," kata dia.

(NIA DEVIYANA)

SHARE