ECONOMICS

Perdagangan Global Cetak Rekor pada 2025, Diprediksi Melambat Tahun Depan

Wahyu Dwi Anggoro 29/12/2025 15:08 WIB

Perdagangan global diperkirakan melampaui USD35 triliun atau sekitar Rp580 ribu triliun pada 2025, rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Perdagangan Global Cetak Rekor pada 2025, Diprediksi Melambat Tahun Depan. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Perdagangan global  diperkirakan melampaui USD35 triliun atau sekitar Rp580 ribu triliun pada 2025, rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Menurut perkiraaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perdagangan global akan tumbuh sekitar tujuh persen pada 2025 dibandingkan dengan tahun lalu.

Dilansir dari The Straits Times pada Senin (29/12/2025), sektor perdagangan global dapat mengatasi dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Berdasarkan data dari Komisi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD), aktivitas perdagangan barang global, sasaran utama tarif Trump, diperkirakan tumbuh sekitar enam persen tahun ini.

Meskipun terlibat perang dagang yang sengit dengan AS, China melaporkan surplus perdagangan sebesar USD1 triliun dalam 11 bulan pertama 2025, pertama kalinya suatu negara mencapai angka tersebut dalam setahun. 

Sementara itu, Taiwan, Korea Selatan, dan Malaysia menjadi pemenang besar dari lonjakan permintaan semikonduktor yang didorong oleh booming kecerdasan buatan (AI).

Namun, masih ada keraguan apakah permintaan di luar sektor teknologi akan tetap kuat pada 2026, mengingat ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dari lembaga-lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Data UNCTAD menunjukkan momentum yang melambat pada kuartal IV-2025. Ekspor melonjak tinggi pada awal tahun karena perusahaan membeli barang lebih awal untuk menghindari tarif AS.

“Pada 2026, pertumbuhan perdagangan global diperkirakan akan lebih datar karena perlambatan pertumbuhan ekonomi global, fragmentasi geopolitik, ketidakpastian kebijakan, dan kerentanan aktivitas perdagangan,” kata UNCTAD dalam laporannya bulan ini. (Wahyu Dwi Anggoro)

SHARE