Perhatian Coffeeholic, Harga Kopi Robusta Dunia Sentuh Rekor
Kontrak berjangka (futures) komoditas agrikultur kopi robusta untuk kontrak Mei naik 1,4 persen menjadi USD3.465 per ton di bursa ICE Futures Eropa.
IDXChannel – Kontrak berjangka (futures) komoditas agrikultur kopi robusta untuk kontrak Mei naik 1,4 persen menjadi USD3.465 per ton di bursa ICE Futures Eropa, mencatatkan kontrak tertinggi baru pada Selasa (26/3/2024).
Sebelumnya, komoditas pertanian lainnya, harga kakao dunia juga melonjak ke rekor baru sebesar USD9.400 per ton, naik 7,94 persen pada perdagangan Senin (25/3). (Lihat grafik di bawah ini.)
Sementara, harga kopi arabika berjangka juga naik 1,29 persen berada di kisaran USD188 per pon.
Namun, harga kopi arabica masih mendekati posisi terendah dua bulan yang dicapai pada tanggal 18 Maret, di tengah melimpahnya pasokan. Ekspor kopi Brasil dilaporkan melonjak hampir 48 persen di bulan Februari dibandingkan tahun sebelumnya.
Organisasi Kopi Internasional (ICO) mengumumkan peningkatan ekspor kopi arabika global sebesar 23,2 persen pada bulan Januari.
Selain itu, persediaan kopi arabika telah mencapai angka tertinggi dalam 8,5 bulan sebanyak 568.077 kantong per 22 Maret.
Selain itu, menurut ICO, permintaan diperkirakan hanya meningkat sebesar 2,2 persen pada periode 2023/2024, sementara produksi diperkirakan meningkat sebesar 5,8 persen dari tahun sebelumnya, sehingga menghasilkan surplus 1 juta kantong.
Namun, perkiraan akan turunnya hujan di wilayah penghasil kopi di Brasil masih menimbulkan kekhawatiran.
Penyebab Harga Kopi Robusta Naik
Vietnam adalah produsen kopi Robusta terbesar di dunia dan kedua setelah Brasil dalam produksi kopi secara keseluruhan. Biji kopi robusta mencakup 95-97 persen dari seluruh kopi yang ditanam di negara tersebut.
Melansir data Statista, pada 2023/2024, produksi kopi robusta global mencapai 74 juta kantong 60 kilogram. (Lihat grafik di bawah ini.)
Informasi saja, satuan dalam perdagangan kopi mengacu satu kantong yang berarti 60 kilogram atau setara 132.276 pon kopi. Beberapa anggota pengekspor menggunakan ukuran berat 70 kg atau berat lainnya untuk aktivitas ekspor.
Melansir Reuters, para pedagang mengatakan pasokan Vietnam semakin ketat. Sementara ketersediaan kopi conilon (robusta) di Brazil terbatas hingga panen berikutnya dimulai pada bulan April.
Rendahnya pasokan kopi ini disebabkan beberapa alasan di antaranya, karena Vietnam menghadapi kekeringan parah pada tahun lalu.
Kondisi kekeringan yang berlebihan di wilayah penghasil kopi Robusta di Brasil juga berdampak negatif pada beberapa hasil panen.
Selain itu, terjadi peningkatan ekspor kopi Vietnam sebagai produsen Robusta terbesar di dunia sebesar 47 persen dari tahun ke tahun (yoy).
Tak hanya itu, krisis Laut Merah yang sedang berlangsung berdampak besar pada jalur perdagangan global – terutama jalur pelayaran yang menghubungkan negara-negara asal Asia Timur seperti Vietnam dan Indonesia ke pasar tujuan di Eropa.
Robusta juga mendominasi total produksi kopi Indonesia. Biji Robusta di Indonesia banyak digunakan untuk memproduksi kopi instan untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Perkebunan Robusta Indonesia sebagian besar berlokasi di provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Palembang.
Sebagai upaya untuk meningkatkan harga pasar kopi Robusta dalam negeri, saat ini banyak kopi Robusta premium yang diproduksi di Indonesia.
Pada musim kopi 2022/2023, sekitar sepuluh juta karung kopi Robusta seberat 60kg diproduksi di Indonesia. Indonesia juga menjadi salah satu produsen kopi terkemuka di dunia , dan mengekspor sebagian besar biji kopi yang dihasilkannya.
Dengan terbatasnya pasokan di pasar terbuka, masyarakat cenderung beralih ke stok bersertifikat dan conilon Brasil, yang mengakibatkan stok kopi Robusta bersertifikat terus menurun (terendah dalam sepuluh tahun) dan volume pengiriman yang lebih tinggi dari Brasil.
“Ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran mendorong harga naik di mana ini merupakan sebuah situasi yang umum terjadi di pasar,” kata Ole Hansen, Head of Commodity Strategy di Saxo Bank.
Dampak
Ketika harga kopi naik, ini memang akan turut memengaruhi konsumen yang setiap hari menikmati kopi. Meski demikian, kata Hansen, harga atau biaya biji kopi hanya menyumbang sebagian kecil dari total harga secangkir kopi yang kita nikmati.
“Oleh karena itu, konsumen tidak akan merasakan dampak langsung dari hal ini ketika mereka mengunjungi kedai kopi lokalnya,” jelasnya.
Bagi para trader, kondisi ini adalah opportunity besar. Harga biji kopi melonjak 60 persen selama setahun terakhir dan hal ini berdampak besar pada pasar dan menciptakan peluang baru dalam perdagangan.
“Trader harus memperhatikan perubahan harga ini dengan cermat, karena terdapat banyak pergerakan di pasar, sehingga terdapat lebih banyak peluang,” imbuhnya. (ADF)