ECONOMICS

Perpadi Bocorkan Penyebab Produksi Penggilingan Padi Skala Kecil Sulit Optimal

Advenia Elisabeth/MPI 12/04/2023 21:15 WIB

Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi): Produksi penggilingan padi skala kecil masih terhalang oleh kekuatan pemain-pemain besar.

Perpadi Bocorkan Penyebab Produksi Penggilingan Padi Skala Kecil Sulit Optimal. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) mengungkapkan, produksi penggilingan padi skala kecil masih terhalang oleh kekuatan pemain-pemain besar. Sehingga, menyebabkan hasil panen para penggiling padi skala kecil tidak optimal.

Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, salah satu hambatannya yakni kesulitan akses modal dan pasar. Di lain sisi, revitalisasi berjalan lambat.

"Kapasitas penggilingan padi telah jauh melebihi ketersediaan produksi gabah, pemilik modal besar lah yang mampu menguasai bahan (pupuk) dan pasar. Apalagi kalau pemerintah tidak mempunyai stok, inilah yang menyebabkan yang terjadi gabah berwisata dan sebagainya," ujar Sutarto dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian secara daring, Rabu (12/4/2023).

Dia memaparkan, berdasarkan catatannya dalam  perkembangan beberapa tahun terakhir, produksi gabah itu berfluktuasi (naik turun) dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2019, turun 7% dibanding tahun 2018 kemudian tahun 2020, hanya naik sedikit. Lalu tahun 2021 turun lagi, tahun 2022 naiknya hanya 0,57%. 

"Kalau kita rata-rata, tentunya ini tampaknya akan justru turun sehingga surplusnya pun akan semakin turun. Inilah yang menjadi salah satu sebab kalau pemerintah tidak punya stok tentunya pasti akan terjadi gejolak harga. Ini pengalaman beberapa tahun sebelumnya," ungkap Sutarto.

Selain itu, dia juga mengatakan, saat ini di masa panen raya, harga gabah di sejumlah daerah justru masih relatif tinggi. Sehingga, diperlukan langkah yang tepat bagi pemerintah agar bisa menangani permasalahan ini. 

Selain itu, pengusaha beras juga mengalami kesulitan bahan bakar, kelangkaan benih unggul bermutu, serta pupuk. "Itu masih sering terjadi di lapangan dan itu harus kita akui," imbuh Sutarto.

(YNA)

SHARE