ECONOMICS

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Dorong Kolaborasi Percepatan Pengembangan Panas Bumi

Nur Ichsan Yuniarto 14/09/2024 16:54 WIB

Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE mendorong kolaborasi percepatan pengembangan panas bumi.

Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE mendorong kolaborasi percepatan pengembangan panas bumi. (PGEO)

IDXChannel – Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE (PGEO) mendorong kolaborasi percepatan pengembangan panas bumi.

Hal ini digaungkan di ajang The 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024, yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) pada 18-20 September 2024.

Direktur Utama PGE Julfi Hadi mengatakan, panas bumi merupakan energi hijau yang paling layak untuk dikembangkan sebagai tulang punggung transisi energi nasional dan mendukung agenda transisi energi nasional dan pencapaian Net Zero Emission (NZE) 2060.

"Upaya percepatan pengembangan panas bumi akan menarik investasi, mendorong pengembangan teknologi di dalam negeri, dan memberikan dampak positif pada perekonomian," kata Julfi lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (14/9/2024).

Dia menambahkan, Indonesia memiliki total potensi panas bumi sebesar 24 GW, setara dengan 17 persen cadangan global dan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Sebagian besar cadangan merupakan sumber daya berkualitas tinggi, atau kategori high enthalpy (bersuhu tinggi) yang sangat sesuai untuk pembangkit listrik.

"Pemanfaatan 30% saja dari potensi energi panas bumi Indonesia tersebut akan mampu memperkuat ketahanan energi nasional. Karena itu, diperlukan upaya percepatan pengembangan energi panas bumi," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, untuk mencapai target bauran energi nasional pada 2033 dibutuhkan penambahan kapasitas terpasang 4,4 GW yang diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD27 hingga USD28 miliar.

"Untuk setiap investasi sebesar USD1 di sektor bisnis hijau seperti panas bumi akan menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto sebesar USD1,25, memberikan manfaat berganda signifikan bagi ekonomi Indonesia. Tak hanya itu, diperkirakan 70-100 lapangan kerja akan tercipta untuk setiap USD1 juta investasi di sektor panas bumi," kata Julfi.

Julfi Hadi menekankan bahwa panas bumi adalah sumber energi terbarukan yang stabil, andal, dan berperan penting dalam mendukung transisi energi Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional.

Panas bumi memiliki dua karakteristik penting untuk mendukung peran tersebut. Pertama, potensi panas bumi di Indonesia sebagian besar (70-80 persen) terletak di wilayah yang memiliki kebutuhan energi listrik terbesar, yaitu Jawa dan Sumatera.

"Karena itu, pengembangan energi panas bumi secara langsung mampu memenuhi kebutuhan energi hijau Indonesia seiring dengan bertumbuhnya ekonomi," katanya.

Kedua, kata dia, selain tidak bersifat intermittent, dalam memberikan pasokan listrik secara terus menerus, pembangkit panas bumi memiliki capacity factor sekitar 90 persen  yang berarti efisiensi sangat tinggi antara kapasitas terpasang dan daya listrik aktual yang mampu dibangkitkan.

"Karakteristik ini membuat panas bumi memiliki potensi besar sebagai energi hijau yang menjadi pemikul beban dasar kelistrikan (green baseload) masa depan," kata dia.

Meski potensinya sangat besar, saat ini baru 2,6 GW atau sekitar 11 persen dari sumber daya panas bumi Indonesia yang telah dimanfaatkan. Ini menunjukkan masih banyak ruang dan peluang untuk masa depan, termasuk mengembangkan ekosistem investasi panas bumi.

(Nur Ichsan Yuniarto)

SHARE