ECONOMICS

Pertamina Perkuat Bisnis Rendah Karbon, Intip Strateginya

Suparjo Ramalan 12/11/2024 18:28 WIB

Pertamina tengah memperkuat bisnis rendah karbon untuk mendukung target transisi energi di Indonesia sekaligus memperkuat bisnis perusahaan.

CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis. (Foto: IDXChannel/Edo Ramalan)

IDXChannel – PT Pertamina (Persero) tengah memperkuat bisnis rendah karbon untuk mendukung target transisi energi di Indonesia. Langkah tersebut sekaligus untuk memperkuat bisnis perusahaan.

Utusan Khusus Indonesia untuk COP29, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan, pemerintah mendukung penuh BUMN untuk terus melakukan upaya untuk mencapai target transisi energi. Dia menekankan pentingnya kolaborasi global dalam menghadapi perubahan iklim.

“Kita di sini dengan satu tujuan, yaitu menyelamatkan planet ini untuk generasi mendatang. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo (Subianto), Indonesia berkomitmen penuh mempercepat transisi energi nasional, bukan hanya untuk mengurangi emisi, tetapi juga untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Hashim.

CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis, menegaskan komitmen Pertamina mendukung dekarbonisasi di Indonesia dan mempercepat target NZE 2060. Hal itu dia sampaikan dalam paparanya di CEO Climate Talks di gelaran hari pertama COP29 di Baku, Azerbaijan, kemarin. 

Menurut dia, Pertamina telah menetapkan inisiatif pengembangan energi bersih. Perusahaan energi pelat merah itu memiliki mandat besar dari pemerintah untuk menjadi motor penggerak bisnis rendah karbon serta dekarbonisasi di Indonesia. 

“Ini bukan tugas yang mudah, tetapi kami telah memulai langkah-langkah konkret untuk mengembangkan investasi di bisnis rendah karbon yang rendah emisi dan memperkuat bisnis legacy agar bumi lebih bersih,” kata John Anis.

Dia menjelaskan, hingga saat ini, Pertamina telah berhasil mengurangi emisi hingga 8,5 juta ton CO2 dari emisi Scope 1&2 sejak 2010. Perusahaan pun berencana untuk terus meningkatkan angka tersebut melalui kolaborasi dan inovasi teknologi.

Capaian tersebut buah hasil dari pengembangan implementasi biofuel, energi geotermal, dan teknologi rendah karbon seperti CCS dan CCUS. John Anis juga menjelaskan, Pertamina terus mengembangkan portofolio energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk bioetanol serta pengembangan baterai untuk kendaraan listrik dan ekosistem pengisian daya untuk kendaraan motor roda dua.

“Kami juga memiliki potensi besar di sektor geothermal, dengan kapasitas terpasang saat ini mencapai 672 MW, dan anak usaha kami PGE terus mendorong peningkatan kapasitas terpasang hingga 1.4 GW di 2029. Kami percaya bahwa energi geothermal akan menjadi pilar penting dalam transisi energi,” tuturnya.

Di sektor hidrogen, Pertamina berupaya menurunkan biaya produksi melalui inovasi teknologi, termasuk optimalisasi penggunaan listrik dalam proses elektrolisis, yang diharapkan dapat menurunkan biaya hingga 30 persen.
John Anis mengungkapkan, saat ini kebutuhan investasi untuk mencapai target bersama transisi energi perlu dukungan akses pembiayaan yang inklusif dan dukungan dari semua pihak.

“Untuk mewujudkan transisi ini, kita tidak mungkin sendirian, kolaborasi merupakan faktor penting, lalu kita memerlukan dukungan dari pemerintah, termasuk insentif yang dapat mendorong investasi di bidang energi terbarukan dan rendah karbon,” katanya.

(Ahmad Islamy Jamil)

SHARE