Pertumbuhan Ekonomi Q3 Negara G20, Arab Saudi Moncer, Prancis Paling Suram
Ekonomi Arab Saudi tumbuh paling impresif, Indonesia nomor dua.
IDXChannel - Di tengah perlambatan nyata perekonomian global, Deklarasi Pemimpin atau Leader’s Declarations dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 telah disepakati sebagai hasil dari pertemuan pemimpin negara anggota G20 tahun ini.
Dalam deklarasi tersebut, termuat langkah dan upaya negara anggota G20 untuk menyelesaikan persoalan utamanya dalam hal ekonomi.
Dalam deklarasi tersebut, lima poin utama telah disepakati oleh delegasi yang hadir.
Pertama, anggota G20 akan gesit dan fleksibel melajakankan kebijakan makroekonominya. Para anggota G20 juga akan terus melakukan investasi publik dan reformasi struktural, serta mempromosikan investasi swasta, dan memperkuat perdagangan multilateral.
Kedua, negara G20 berkomitmen melindungi stabilitas makroekonomi dan keuangan dengan mengoptimalkan semua alat yang tersedia untuk mengurangi risiko penurunan, dengan mencatat langkah-langkah yang diambil sejak krisis keuangan global yang pernah terjadi.
Ketiga, para anggota G20 mendorong ketahanan pangan dan energi serta mendukung stabilitas pasar. Negara-negara anggota G20 juga akan memberikan dukungan sementara dan terarah untuk meredam dampak kenaikan harga, memperkuat dialog antara produsen dan konsumen.
Keempat, anggota G20 akan terus berinvestasi kepada negara berpenghasilan rendah dan menengah serta negara berkembang lainnya.
Kelima, para anggota G20 berkomitmen untuk mempercepat pencapaian pembangunan berkelanjutan atau SDGs.
Setelah berakhirnya gelaran KTT G20, para delegasi negara harus kembali ke realitas bahwa kondisi ekonomi global tidak sedang baik-baik saja.
Arab Saudi Moncer, Prancis Melambat
Perlambatan ekonomi secara nyata terjadi pada negara-negara G20. Menurut Trading Economics, 11 negara G20 telah merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III (Q3) tahun ini.
Dari sebelas negara, Arab Saudi mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 8,6% YoY. Sedangkan Indonesia berada di peringkat kedua dengan angka 5,72% YoY.
Arab Saudi digadang-gadang mendapat berkah dari kenaikan harga minyak mentah. Mengingat negara ini merupakan eksportir utama minyak. (Lihat grafik di bawah ini.)
Ekonomi Indonesia tumbuh impresif, menjadi salah satu yang terbaik di antara tujuh negara G20 lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi RI tembus 5,72% per kuartal III 2022. Realisasi ini bahkan lebih tinggi daripada kuartal sebelumnya tahun ini sebesar 5,44%.
Tak hanya itu, pertumbuhan ini melampaui level pra-pandemi pada kuartal yang sama. Pada Q3 2019, pertumbuhan ekonomi RI tercatat hanya sebesar 5,02%.
Data ini menggambarkan bahwa ekonomi RI tetap kuat di tengah isu resesi global 2023. Berbeda dengan beberapa negara G20 lain yang mulai melambat.
Perlambatan justru terjadi di negara-negara kekuatan ekonomi utama dunia. Seperti Amerika Serikat (AS) hanya tumbuh 1,8% YoY pada Q3. Padahal negeri Paman Sam merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Bahkan, posisi AS berada di bawah Inggris yang mengalami krisis paling dalam sepanjang sejarah. Inggris menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4% YoY. Sementara Uni Eropa berada di bawahnya dengan angka pertumbuhan mencapai 2,1% YoY.
Adapun ekonomi terbesar Eropa yakni Jerman mencatakan pertumbuhan 1,2% YoY. Secara mengejutkan ekonomi Jerman tumbuh 0,3%pada kuartal Juli hingga September, dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
Mengutip New York Times, peningkatan tersebut sebagian besar didorong oleh belanja konsumen.
Tetapi pertumbuhan melambat di negara ekonomi terbesar kedua Uni Eropa. Adalah Perancis, dengan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 1% YoY di Q3. Ekonomi Prancis pada kuartal sebelumnya tumbuh 0,2%, turun dari 0,5% pada periode sebelumnya.
Penyebab utamanya adalah pengeluaran konsumen yang tergelincir karena rekor inflasi pada bulan September. Hal ini mendorong harga konsumen 6,2% lebih tinggi.
Meski demikian, banyak ekonom memperkirakan bahwa ekonomi Inggris berada dalam keadaan yang sangat buruk setelah pukulan perang Rusia-Ukraina, pandemi Covid-19, Brexit dan anggaran mini Kwasi Kwarteng.
Hal ini menyebabkan Inggris berisiko menjadi negara kaya G7 pertama yang tergelincir ke dalam resesi dan yang terakhir keluar darinya.
China juga mencatatkan perlambatan serupa. Ekonomi negeri Tirai Bambu hanya tumbuh 3,9% YoY di kuartal yang sama. (ADF)