PHE Diminta Garap Sumur Idle, Praktisi Migas: Mereka Berpengalaman
permintaan agar PHE dapat bekerja sama menggarap sumur idle bukan pertama kali disampaikan pemerintah, dan memang layak untuk dilakukan.
IDXChannel - Pemerintah mendorong PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk dapat bekerja sama menggarap sumur-sumur migas yang tidak aktif beroperasi (idle).
Dorongan tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dan juga Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia.
"Kita sudah minta agar (sumur ide) itu dikerjasamakan atau dilepas. Kita sudah kasih aturan untuk itu. Sudah ada dari Kementerian," ujar Arifin, pekan lalu.
Menjawab inisiatif pemerintah tersebut, Ketua Komunitas Migas Indonesia (KMI), S Herry Putranto, menyampaikan dukungannya.
Herry mengaku yakin bahwa mempercayakan sumur-sumur idle kepada PHE sebagai Sub Holding Upstream Pertamina memang sebuah langkah tepat.
Keyakinan tersebut didasarkan pada pengalaman yang telah dimiliki oleh PHE selama ini dalam bekerja sama menggarap sumur-sumur migas secara maksimal.
"PHE pasti (menyikapi) positif, karena mereka sudah biasa kerja sama dengan mitra dengan berbagai pola," ujar Herry, Rabu (27/9/2023).
Menurut Herry, permintaan agar PHE dapat bekerja sama menggarap sumur idle bukan pertama kali disampaikan pemerintah, dan memang layak untuk dilakukan.
Meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan dalam mengejar target lifting 1 juta barel per hari, namun inisiatif tersebut setidaknya mampu menggerakkan roda ekonomi pengusaha menengah dan kecil.
"Kan (produksi) minyak turun terus, makanya dikerjasamakan yang sudah idle lewat KSO. Karena kalau sumur-sumur kecil ditotal, mentok 10 ribu barel per hari. Tapi memang lumayan buat mitra berskala kecil," tutur Herry.
Kapasitas produksi sumur-sumur kecil yang idle tersebut, Herry menjelaskan, umumnya di bawah 3.000 barel per hari. Sedangkan yang berkapasitas sekitar 3.000 sampai 4.000 barel per hari, bisa dikerjakan mitra berskala menengah seperti Indika.
"Jika seluruh sumur idle itu dikerjasamakan, mungkin produksi minyak yang terkumpul bisa mencapai 10 ribu barel per hari," ungkap Herry.
Bahkan, lanjut Herry, kerja sama juga bisa dilakukan dengan perguruan tinggi atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Untuk perguruan tinggi, tentu saja lebih kepada lembaga bisnisnya," papar Herry.
Kerja sama dengan perguruan tinggi itu juga bisa menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menimba ilmu perminyakan. Polanya bisa perguruan tinggi ikut perusahaan lain atau dikerjakan sendiri.
"Jika dikerjakan sendiri, yang mengambil peran adalah lembaga bisnis kampus seperti PT LAPI ITB atau MAKARA UI," tandas Herry.
Kerja sama dengan BUMD juga dinilai Herry perlu dijajaki. Terutama, untuk menghindari pemanfaatan sumur idle oleh perorangan secara ilegal.
Pengelolaan ilegal oleh perorangan, umumnya tidak memperhatikan tingkat keselamatan atau Health Safety Security Environment (HSSE).
"Bisa saja mereka sambil merokok, padahal sumur-sumur tersebut mudah terbakar. Makanya, jika dikerjasamakan dengan BUMD, kan bisa lebih tertib," ujrai herry.
Dalam konteksi ini, Herry tidak menepis bahwa perusahaan yang bekerja sama dengan dengan PHE pun, juga harus merupakan perusahaan yang juga tetap menjaga aspek HSSE dalam operasinya. (TSA)