ECONOMICS

Pipa Gas Rusia Bakal Dimatikan, Ekonomi Jerman dan Eropa di Ujung Tanduk

Yulistyo Pratomo 11/07/2022 16:50 WIB

Perang di Ukraina ikut menyeret pasokan gas dari Rusia ke Jerman. Kini, negara-negara Eropa terancam memasuki krisis baru akibat pasokan gas terhambat.

Pipa Gas Rusia Bakal Dimatikan, Ekonomi Jerman dan Eropa di Ujung Tanduk. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Perang di Ukraina ikut menyeret pasokan gas dari Rusia ke Jerman. Kini, negara-negara Eropa terancam memasuki krisis baru setelah salah satu pipa pemasok gas terbesar akan dimatikan menyusul jadwal perawatan tahunan.

Dikutip dari Reuters, Senin (11/7/2022), Nord Stream 1 yang memasok sekitar 55 miliar meter kubik gas akan dimatikan sementara selama 10 hari. Hal itu menumbuhkan keresahan pemerintah, pasar dan perusahaan-perusahaan di benua biru atas hilangnya pasolan gas sebagai sumber energi utama.

Operator Nord Stream AG memastikan berencana mematikan jalur pipa yang membentak di Laut Baltik tersebut pada pukul 06.00 waktu Eropa tengah (CET). Dengan demikian, aliran gas akan turun menuju angka nol pada beberapa jam mendatang.

Kondisi itu membuat pemerintah dan industri resah, apalagi Rusia bisa saja memperpanjang jadwal pemeliharaan sekaligus membatasi pasokan gas ke Eropa lebih lanjut.

Jika itu terjadi, maka rencana untuk mengisi penyimpanan untuk musim dingin akan kacau, serta meningkatkan krisis gas yang telah mendorong tindakan darurat dari pemerintah dan tagihan yang sangat tinggi bagi konsumen.

Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, mengakui negaranya itu harus bersiap menghadapi kemungkinan di mana Rusia akan menangguhkan pasokan gas melalui Nord Stream 1 di luar periode pemeliharaan yang dijadwalkan.

"Berdasarkan pola yang telah kita lihat, tidak akan terlalu mengejutkan sekarang jika beberapa detail teknis kecil ditemukan dan kemudian mereka bisa mengatakan 'sekarang kita tidak bisa menyalakannya lagi'," keluh dia di sebuah acara di akhir Juni.

Rusia sendiri telah menjatuhkan tuduhan kepada Kanada yang "secara sengaja" menghambat proses pengiriman gas. Hal ini tak lepas dari keputusan Kanada yang enggan melepas salah satu turbin yang diperbaiki untuk dipasang kembali di jalur pipa gas Nord Stream 1.

Dengan akan dimatikannya jaringan pipa gas Nord Stream 1, maka pasokan gas dari Rusia ke Eropa akan mencapai angka nol. Hal ini membuat Jerman memutuskan beralih ke tahap dua dari rencana gas darurat tiga tingkat, satu langkah sebelum pemerintah penjatahan konsumsi bahan bakar.

Tidak hanya itu, Eropa juga akan terpukul dengan resesi jika aliran gas Rusia berhenti. Pukulan terhadap ekonomi bisa mencapai 193 miliar euro (setara dengan Rp2.920,8 triliun) pada paruh kedua tahun ini, demikian data dari asosiasi industri vbw di negara bagian Bavaria bulan lalu.

"Penghentian tiba-tiba impor gas Rusia juga akan berdampak signifikan pada tenaga kerja di Jerman ... Sekitar 5,6 juta pekerjaan akan terpengaruh sebagai konsekuensinya," kata direktur pelaksana vwb, Bertram Brossardt.

Tidak hanya ekonomi, berhentinya pasokan akan lebih luas lagi. Penghentian total akan membuat harga gas Eropa lebih tinggi lebih lama, karena telah menyengat industri dan rumah tangga.

Harga gas grosir Belanda, patokan Eropa, telah meningkat lebih dari 400% sejak Juli lalu.

"Jika Nord Stream terputus, atau jika Jerman kehilangan semua impor Rusia, maka efeknya akan terasa di seluruh Eropa barat laut," kata menteri energi Belanda, Rob Jetten.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Kamis, dia mengatakan ladang gas Groningen Belanda masih dapat dipanggil untuk membantu negara-negara tetangga jika terjadi pemutusan total pasokan Rusia, tetapi meningkatkan produksi akan berisiko menyebabkan gempa bumi.

Tak hanya Eropa, kerugian juga ditengarai akan dirasakan Rusia.

Kementerian keuangan Rusia pada Juni lalu menyampaikan harapannya untuk menerima 393 miliar rubel (Rp95,6 triliun) lebih banyak dari pendapatan minyak dan gas daripada perkiraan dalam perencanaan anggarannya.

Untuk Juli ini, mereka berharap menerima 259 miliar rubel lebih banyak dari proyeksi anggaran.

Pemeliharaan yang diperpanjang juga dapat mengakibatkan lebih banyak penghentian produksi gas Rusia, relatif terhadap penurunan 9% tahun-ke-tahun dalam produksi Gazprom yang dilaporkan sepanjang tahun ini, kata Goldman Sachs. (TYO)

SHARE