PM Malaysia Diperkirakan akan Revisi Anggaran untuk Tekan Defisit
Pemerintah Malaysia diperkirakan akan merevisi anggaran dalam waktu dekat.
IDXChannel – Pemerintah Malaysia diperkirakan akan merevisi anggaran dalam waktu dekat. Mengurangi utang dan mendukung warga miskin merupakan janji kampanye Perdana Menteri Anwar Ibrahim.
Menurut survei Bloomberg terhadap 11 ekonom, deisit anggaran kemungkinan akan ditekan menjadi lima persen dari produk domestik bruto (PDB). Pemerintahan sebelumnya menargetkan defisit anggaran sebesar 5,5 persen dari PDB.
“Kami yakin pemerintah akan fokus melakukan konsolidasi fiskal, mengatasi masalah utang yang tidak berkelanjutan, mengatasi biaya hidup yang tinggi, menjalankan subsidi yang lebih presisi, dan memperluas basis pendapatan,” tulis ekonom CGS-CIMB Nazmi Idrus. Dilansir melalui Bloomberg pada Rabu (22/2/2023).
Anwar mengambil alih kekuasaan pada November. Dia ingin meningkatkan ketahanan fiskal sebagai perlindungan terhadap ancaman dari ekonomi global yang meredup.
Fitch Ratings bulan ini memperingatkan beberapa risiko internal di Malaysia termasuk meningkatnya utang publik, pendapatan yang rendah, dan ketidakpastian politik. Meskipun demikian, Fitch mempertahankan peringkat BBB+ dan prospek stabil Malaysia.
Anwar harus mengatasi kekhawatiran lembaga pemeringkat kredit tanpa mengecewakan pemilih dan sekutu politik menjelang pemilihan lokal yang dijadwalkan tahun ini. Pemilih mengawasi seberapa baik pemerintah dapat mengatasi masalah seputar pertumbuhan ekonomi yang lemah dan kenaikan biaya hidup, menurut jajak pendapat yang dirilis Merdeka Center awal bulan ini.
Malaysia mengharapkan pertumbuhan ekonomi antara 4-5 persen tahun ini.
“Legitimasi kinerja sangat penting bagi pemerintahan koalisi yang baru dan belum teruji,” kata Firdaos Rosli dari Bank Islam.
Dengan begitu banyak yang dipertaruhkan, Anwar mengindikasikan berkali-kali bahwa dia akan melanjutkan rencana anggaran yang dibuat pendahulunya pada Oktober tahun lalu. Pemerintah sebelumnya memproyeksikan pendapatan yang lebih lemah dan dividen yang lebih rendah dari perusahaan minyak negara Petroliam Nasional Bhd.
“Bahkan dengan pembukaan kembali China lebih awal, prospek ekonomi Malaysia telah memburuk sejak anggaran terakhir diajukan, karena ekspor turun tajam. Kami mengharapkan pendekatan pengeluaran yang lebih hati-hati dan perkiraan pendapatan yang lebih rendah,” kata Alex Holmes dari Oxford Economics.
(WHY)