ECONOMICS

PMI Manufaktur RI Naik Menjadi 53,7 di September, Tercepat dalam 8 Bulan

Advenia Elisabeth/MPI 04/10/2022 08:28 WIB

Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2022 tercatat sebesar 53,7 yang menunjukan kinerja sektor industri semakin baik dan stabil.

PMI Manufaktur RI Naik Menjadi 53,7 di September, Tercepat dalam 8 Bulan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2022 tercatat sebesar 53,7. Hasil survei S&P Global menunjukkan bahwa tingkat ekspansi sektor manufaktur Indonesia yang tercepat dalam delapan bulan dan solid secara keseluruhan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan peningkatan PMI Manufaktur Indonesia kali ini disebabkan oleh kemampuan industri. Beberapa di antaranya adanya efisiensi karena pemanfaatan teknologi, peningkatan kemampuan SDM industri, dan kemudahan akses terhadap bahan baku

Menurut Menperin, PMI Manufaktur Indonesia yang kembali meningkat di bulan September 2022 menunjukkan kinerja sektor industri yang semakin membaik dan menunjukkan perkembangan yang stabil. 

“Dalam hal ini, aktivitas produksi berperan penting terhadap naiknya indeks, yang didukung oleh peningkatan permintaan, terutama dari dalam negeri,” ujarnya di Jakarta, dikutip Selasa (4/10/2022).

Agus menambahkan, resiliensi industri manufaktur menguat dibuktikan dengan kinerja PMI naik sampai 53,7 pada September 2022. “Terjaganya rantai pasok di sektor industri tentu mendukung peningkatan pada produktivitasnya. Upaya ini terus dipacu melalui kebijakan yang strategis guna mendongkrak daya saing industri nasional,” paparnya.

Menperin menyebutkan, peningkatan produksi dapat dilihat pada industri elektronika, industri bahan galian non-logam, serta industri mesin dan perlengkapan YTDL. 

Di industri elektronika, kenaikan terutama terjadi pada produksi produk laptop untuk memenuhi permintaan realisasi belanja pemerintah dan pemerintah pusat yang mewajibkan pembelian Produk Dalam Negeri (PDN).

Selanjutnya, kenaikan produksi industri bahan galian non-logam yang meliputi produk semen, keramik, dan kaca dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, serta properti oleh para pengembang. 

“Selain itu, juga terdapat belanja pemerintah yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan sosial,” jelas Menperin.

Meski begitu, S&P Global melihat adanya penurunan permintaan asing pada perusahaan-perusahaan Indonesia yang disurvei. Terkait hal itu, Menperin berpendapat, penurunan ekspor terjadi karena negara-negara tujuan seperti China, Amerika Serikat, maupun negara-negara Eropa mengalami inflasi yang mengakibatkan tekanan terhadap ekspor beberapa produk manufaktur Indonesia.

Meskipun demikian, ekspor CPO dari Indonesia sudah kembali normal setelah sebelumnya belum optimal.

Meningkatnya permintaan pada September 2022 juga mendukung pertumbuhan indeks-indeks lain, seperti ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian. Kondisi ini juga terbantu oleh menurunnya inflasi serta biaya produksi. 

Ekonom S&P Global Market Intelligence Laura Denman mengatakan, inflasi biaya input dan harga jual berkurang masing-masing hingga ke posisi terendah dalam 20 bulan dan 15 bulan.

(FRI)

SHARE